Catatan Merah Jambu (1)

Oleh Neneng Hendriyani

Kenyamanan! Ya, kata yang sederhana ini ternyata tak sesederhana maknanya. Setiap orang memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai apa itu nyaman dan kenyamanan. Ada yang mengartikannya secara harfiah. Ada juga yang njelimet mutar-mutar kesana kemari seolah ia adalah seorang ahli filsafat. Apa pun definisinya, aku tak ingin berdebat dan memperdebatkannya.

Saat seseorang sudah berada di titik kenyamanannya, biasanya ia enggan berubah, stagnan, pasif dan mengekor. Keinginannya pun telah padam. Ia hanya berada di suatu tempat sebagai pelengkap.

Namun, saat seseorang yang sedikit punya nyali justeru meninggalkan kenyamanannya demi menjaga api keinginannya tetap menyala ia akan keluar dari zona nyamannya. Tak peduli kerasnya hambatan, halangan dan tantangan yang menghadangnya di sepanjang jalan ia tetap bergerak.

Dilapnya semua peluh yang membasahi punggungnya. Disekanya air mata yang mengalir di sela-sela perjuangannya. Ditahannya teriakan dan jeritan keluar dari mulutnya. Tak ada yang diberikannya kesempatan untuk membuatnya kembali surut ke belakang dan menangisi kenyamanan yang ditinggalkannya.

Itu semua dilakukannya karena ia percaya pada satu hal. Yaitu, kenyamanan hakiki yang dikejarnya selama ini akan diraihnya segera bila ia telah mampu beradaptasi dengan semua keinginan dirinya sendiri.

*
(Bogor, 12-02-2020; 14.37 wib)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *