Credential Pertamaku di Tahun 2024: St Brigid’s Poem

Mendapatkan sebuah credential dari sebuah instansi pemerintah adalah hal yang sangat membanggakan bagiku pribadi. Ini adalah sebuah pengakuan atas kreativitas yang kulakukan dan ini adalah bukti sebuah aktualisasi diri di bidang sastra. Memang hasilnya tidak sebaik yang pernah kuraih di tahun 2018, 2018, dan 2019 lalu. Namun, ini adalah bukti bahwa aku hanyalah manusia yang pernah mengalami banyak kejutan dalam hidup bahkan pernah merasakan roller coasternya kehidupan.

 

Menulis puisi dengan tema “The Future of Women” memang lumayan berat. Dari kaca mata sastra tidak  bisa seseorang menulis dalam waktu sekejap. Setidaknya ia memerlukan waktu untuk berkontemplasi dalam waktu yang cukup lama. Bagaimana ia mengartikan wanita itu sendiri dalam sudut pandangnya mempengaruhi bait puisi yang ditulisnya. Bagaimana ia merasakan denyut harapan wanita dan menggelorakannya dalam sebuah puisi juga merupakan tantangan yang luar biasa. Untuk itu salut dan hormat kepada pemenang kompetisi puisi yang diadakan oleh Kedutaan Besar Irlandia untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN.

Anda berhak dapat bintang!

Menggali Penyebab Trauma, Kunci Kesembuhan Total Penderita Trauma

Seringkali kita tidak sadar ketika kita menjadi penderita trauma. Banyak sekali kejadian yang tidak mengenakkan terjadi dalam kurun waktu tertentu di masa lalu ternyata membuat kita berubah sedemikian rupa. Kita yang awalnya ceria tiba-tiba menjadi pemurung, menarik diri dari kehidupan sosial, dan cenderung apatis.

Kita bahkan tidak sadar ketika merasa bahwa kita sakit kepala karena kurang tidur, banyak pekerjaan, hingga akhirnya rajin meminum obat-obatan pereda rasa sakit untuk waktu yang cukup lama namun sayangnya sakit kepala itu tidak juga kunjung sembuh. Sampailah akhirnya kita mengalami ketergantungan terhadap merk tertentu dengan dosis yang semakin tinggi demi menyembuhkan rasa sakit yang lumayan mengganggu tersebut. Atau, kita yang tiba-tiba kehilangan rasa kantuk sementara jarum jam terus saja bergerak ke kanan dan baru menyadarinya bahwa siaran terakhir dari stasiun televisi favorit telah berakhir sejam yang lalu. atau, kita yang biasanya rutin pup setiap bangun tidur dan tiba-tiba tidak lagi pup sebelum dua  minggu berlalu.

Ya, mayoritas dari kita tidak menyadarinya bahwa ternyata semua hal yang terjadi di atas adalah gejala-gejala traumatis yang sedang kita hadapi akibat sebuah peristiwa buruk yang terjadi di salah satu fase kehidupan yang kita jalani.

Trauma adalah reaksi terhadap peristiwa atau pengalaman yang sangat menakutkan atau menyakitkan, baik secara fisik maupun mental. Kejadian traumatis ini bisa berupa pengalaman langsung, menyaksikan kejadian tersebut terjadi pada orang lain, bahkan mendengar cerita tentang kejadian tersebut.

Peristiwa yang dapat mengakibatkan peristiwa trauma di antaranya adalah pernah mengalami (1) kekerasan fisik, seperti pukulan, tendangan, penganiayaan, pelecehan seksual, (2) Kekerasan emosional, seperti dihina, dicemooh, diancam, diintimidasi, (3) Kehilangan, seperti kehilangan akibat meninggalnya orang yang dicintai, perceraian, atau bencana alam, (4) Kecelakaan, seperti kecelakaan kendaraan, atau kebakaran, dan (5) Ketidakamanan, seperti perang, pencurian, kerusuhan.

Semua orang bisa mengalami trauma, tak terkecuali anak-anak. Mereka adalah kelompok usia yang paling rentan terhadap trauma, di samping para dewasa akhir. Gejala traumatis yang mereka alami rerata sama. Yaitu:

  1. Gangguan emosional: Mengalami kilas balik atau gambaran yang jelas tentang kejadian traumatis secara berulang-ulang, sering mengalami mimpi yang menakutkan terkait kejadian traumatis, mudah merasa was-was, gelisah, cemas, dan sulit rileks, susah fokus (konsentrasi) dan mudah lupa, hilang ingatan, cenderung menghindari tempat, orang, atau hal-hal yang terkait dengan kejadian traumatis, mudah marah, sedih, atau apatis, menjadi lebih tertutup, menarik diri, atau melakukan tindakan destruktif.
  2. Gangguan fisik: mudah mengalami kelelahan, cepat mengalami sakit kepala, gangguan pencernaan, jantung berdebar, dan tubuh mengeluarkan keringat berlebih dari biasanya.

Gejala traumatis di atas dapat muncul segera setelah peristiwa traumatis terjadi, atau bertahun-tahun kemudian. Gejala-gejala ini dapat berlangsung sebentar atau berkepanjangan, tergantung pada tingkat keparahan trauma dan dukungan yang diterima oleh orang tersebut.

Sebenarnya tidak mudah untuk sembuh dari trauma. Banyak sekali faktor yang menjadi penyebab sulitnya para penderita ini sembuh total dan mampu menerima semua kejadian pahit tersebut sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Seringkali kita jumpai bahwa proses pemulihan dari trauma bisa menjadi hal yang sulit dan memakan waktu. Ada beberapa faktor yang dapat mempersulit pemulihan dari trauma, yaitu:
  1. Keparahan trauma: Trauma yang lebih parah dapat menyebabkan gejala yang lebih berat dan lebih sulit diatasi.
  2. Usia saat mengalami trauma: Anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap trauma dan lebih sulit untuk pulih.
  3. Faktor genetik: Ada bukti bahwa faktor genetik dapat berperan dalam kerentanan terhadap trauma dan pemulihan dari trauma.
  4. Faktor lingkungan: Orang yang hidup dalam lingkungan yang tidak aman atau tidak stabil lebih rentan mengalami trauma dan lebih sulit untuk pulih.
  5. Riwayat trauma: Orang yang pernah mengalami trauma di masa lalu lebih rentan mengalami trauma lagi dan lebih sulit untuk pulih.
  6. Dukungan sosial: Dukungan dari orang-orang terdekat dapat membantu seseorang merasa lebih kuat dan didukung, sehingga dapat mempermudah pemulihan dari trauma.
  7. Kesediaan untuk menghadapi trauma: Untuk pulih dari trauma, seseorang perlu bersedia untuk menghadapi trauma dan memprosesnya. Ini bisa menjadi hal yang sulit dan menakutkan, tetapi penting untuk dilakukan untuk dapat move on dari trauma.

Bagi penderita yang ingin pulih dari trauma cobalah beberapa tips di bawah ini:

  1. Dapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Bicaralah dengan teman, keluarga, atau orang yang Anda percayai tentang apa yang Anda alami. Dukungan mereka dapat membantu Anda merasa lebih kuat dan didukung. Hindari keinginan untuk berusaha tetap tegar, tersenyum dan menyembunyikan semua luka batin penyebab trauma tersebut. Alih-alih sembuh, hal tersebut justru dapat memperparah gejala traumatis yang akan dihadapi.
  2. Cari bantuan profesional. Terapi psikoterapi dapat membantu Anda memahami trauma dan mengembangkan mekanisme koping yang sehat. Obat-obatan juga dapat membantu mengurangi gejala trauma, seperti kecemasan dan depresi. Pastikan untuk mengonsumsi obat yang benar dalam jumlah yang tepat di bawah pengawasan profesional.
  3. Berikan diri Anda waktu. Proses pemulihan dari trauma bisa memakan waktu. Jangan berharap untuk pulih dalam semalam karena itu tetaplah untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan bahagia. Buang semua kecemasan karena kecemasan tidak dapat membantu masa depanmu, dan penyesalan tidak dapat mengubah masa lalumu.
  4. Bersabar dan jujurlah dengan diri sendiri. Berikan diri Anda kesempatan untuk belajar, jujur, dan tumbuh dari pengalaman ini karena semua hal buruk sejatinya dapat membuat pribadi menjadi lebih dewasa, kuat, dan bertanggung jawab.*)

The Imperative Pursuit of Clean and Affordable Energy: A Call to Action

In the face of a rapidly changing climate and a burgeoning global population, the pursuit of clean and affordable energy has become a necessity. The continued reliance on fossil fuels, the primary drivers of greenhouse gas emissions, is no longer sustainable. The environmental, social, and economic consequences of climate change demand a paradigm shift towards renewable energy sources.

The Environmental Imperative

The scientific consensus is unequivocal: human activities, primarily the burning of fossil fuels, are causing the Earth’s climate to change at an unprecedented rate. This change is manifesting in extreme weather events, rising sea levels, and disruptions to ecosystems. The consequences of climate change threaten human health, food security, and the stability of societies.

The Social Imperative

The reliance on fossil fuels has exacerbated existing social inequalities. Energy poverty, the lack of access to modern energy services, disproportionately affects the world’s poorest communities. This lack of access hinders development, limits opportunities, and perpetuates a cycle of poverty.

The Economic Imperative

The transition to clean energy is not just an environmental necessity; it also presents a significant economic opportunity. Investing in clean energy technologies creates new jobs, stimulates economic growth, and reduces reliance on volatile fossil fuel markets.

The Path to Clean and Affordable Energy

The transition to clean and affordable energy requires a concerted global effort.

Governments can incentivize the development and deployment of renewable energy technologies through policies such as renewable energy targets, subsidies, and research and development funding.

Businesses can reduce their carbon footprint by investing in renewable energy sources, improving energy efficiency, and adopting sustainable practices.

Individuals can make a difference by adopting energy-efficient practices in their homes, choosing renewable energy providers, and supporting environmentally conscious businesses.

Conclusion

The pursuit of clean and affordable energy is not just a choice; it is a necessity. It is a path towards a sustainable future, a future where we can protect the environment, ensure equitable access to energy, and foster economic prosperity. The time for action is now. Let us rise to the challenge and embrace a cleaner, more sustainable energy future.

(Neneng Hendriyani, December 8, 2023)

 

Wordwall, Kuis Keren Untuk Pembelajaran Bahasa Inggris

Hai, fellows.

Apa kabar semuanya? Lama tidak berjumpa, ya. Mohon maaf dan maklum karena saya sedang asyik belajar hal baru nih.

Oh ya pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan sebuah kuis yang asyik dan menyenangkan dan tentunya memudahkan bagi guru dalam memberikan evaluasi menyenangkan untuk murid-muridnya di kelas. Dengan hanya bermodalkan gadget yang terkoneksi internet, murid dapat mengakses dan mengerjakan serangkaian evaluasi terkait topik pembelajaran yang sedang dipelajari di kelas.

Sebelumnya, yuk dicoba tes atau kuis berikut ini. Tuliskan pengalamanmu dalam mengerjakannya, ya.

https://bit.ly/text_types

Selamat mencoba.

Sakit adalah Rahmat, Tips Sehat Ala Desi Anwar

 

Oleh Neneng Hendriyani

Sumber berita: goodreads.com

Untuk tetap menjaga dan merawat tubuh agar tetap sehat dan bugar maka kita perlu menanamkan mindset positif dalam otak kita. Semakin sering kita berpikir bahwa semuanya baik dan positif bagi kita maka kita akan semakin sehat dan bugar. Kita tidak akan merasakan sesuatu yang buruk terjadi kepada tubuh dan diri kita sendiri.

Begitu pula saat kita sedang sakit. Pikiran bawah sadar kita lah yang diperlukan untuk menjaga tubuh dan jiwa kita agar tetap sehat dan bugar.

Kita tidak boleh memandang penyakit yang sedang kita derita tersebut sebagai sebuah kutukan. Karena bila kita berpikir demikian maka kita akan semakin sulit untuk sembuh.

Kita harus berpikir bahwa penyakit yang sedang kita derita adalah sebuah berkah yang diberikan sang pencipta kepada kita. Lewat penyakit tersebut kita tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan diri dan tubuh kita sendiri. Kita jadi sadar bahwa apa yang selama ini kita lakukan mungkin salah. Maka itu kita perlu memperbaiki segala sesuatunya yang menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh kita.

Dampak negatif yang dialami oleh tubuh biasanya adalah gejala-gejala yang menunjukkan bahwa tubuh kurang sehat dan kurang bugar. Selain itu, bila penyebab datangnya penyakit itu berat maka dampak negatif yang diterima dan dikirimkan oleh tubuh kepada kita adalah berupa penyakit. Berat ringannya penyakit ini tergantung kepada masalah yang kita hadapi sehari-hari. Semakin berat masalah yang dihadapi maka semakin berat penyakit yang diderita. Semakin ringan yang menimpa diri dan tubuh maka semakin ringan pula penyakit yang diderita.

Anggaplah penyakit tersebut sebagai hikmah. Dengan adanya penyakit tersebut maka tubuh mengirim sinyal agar kita berhenti sejenak dari aktivitas berat yang sedang dilakukan. Kita bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman. Otak dan pikiran kita kembali rileks. Anggota tubuh lainnya pun kembali tenang tanpa beban. Semua organ dalam pun beristirahat. Semua sibuk memperbaiki diri dari dalam dengan nyaman dan tanpa cemas mengalami gangguan. Dengan cara ini ketika masa pemulihan selesai kita akan mendapati tubuh baru yang lebih fresh, sehat dan bugar. Sebuah tubuh yang siap diajak bekerja sama mencapai semua tujuan kita dengan kondisi yang betul-betul prima.

Kita harus mengurangi kesibukan dan merawat tubuh dengan baik. Dengan begitu tubuh akan kembali pulih, sehat, dan bugar.

Memang pada awalnya menanamkan semua ini dalam benak pikiran kita sulit luar biasa. Namun bila kita melakukannya dengan penuh kesadaran maka semua ini akan mudah diterima. Percayalah, tidak ada yang sia-sia dari semua kejadian yang dialami oleh tubuh kita, walaupun itu hanya sebuah penyakit. Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Percaya, dan bertawakallah kepada Allah SWT.

BAGAIMANA MENJADI AYAH YANG MAMPU MENGEMBANGKAN KEDEKATAN DENGAN BAYINYA AGAR BISA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EMOSIONALNYA?

Oleh Neneng Hendriyani

Menjalin kedekatan dengan seorang bayi yang baru lahir sampai ia menjadi kanak-kanak tidak hanya menjadi tugas seorang ibu tetapi juga tugas seorang ayah.

Mengapa kedekatan dengan seorang bayi perlu dilakukan oleh ayah? Hal ini dikarenakan ayah adalah figur yang tidak bisa hilang dari kehidupan awal bayi. Kehadiran ayah baik secara fisik maupun nonfisik tetap diperlukan baik dalam perkembangan kepribadiannya  maupun emosionalnya. Oleh sebab itu maka seorang ayah perlu menunjukkan perasaan dan juga memberikan perhatian kepada bayinya demi tumbung kembang sang buah hati.

Anggapan dimana perhatian dan sentuhan yang diberikan kepada bayi hanyalah tugas seorang ibu merupakan anggapan yang sudah usang pada saat ini. Untuk memberikan kesan positif sekaligus mengembangkan kemampuan emosional bayi yang baik maka ayah perlu membuka dirinya dan menunjukkan perasaannya kepada sang bayi melalui sentuhan.

Dilansir dari bidan_sahabatku ada 4 titik utama pada tubuh bayi yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari sang ayah dalam rangka membangun kedekatan dan mengembangkan kepribadiannya. Keempat titik utama tersebut adalah ubun-ubun, dahi punggung tangan, dan kedua pipi bayi.

Seorang ayah dapat menunjukkan rasa cinta dan bangganya dengan sering mengecup ubun-ubun kepala bayi. Mengapa bagian ini menjadi penting untuk disentuh dan dicium oleh ayah alasannya sangat sederhana yaitu untuk menunjukkan bahwa ayah sangat peduli kepada perkembangan bayinya terutama dalam mengembangkan kemampuan menentukan keputusan mengenai baik dan benar dalam perjalanan hidup bayi hingga ia menjadi dewasa.

Titik berikutnya yang dapat disentuh ayah pada bayinya adalah dahi bayi. Bagian ini perlu mendapatkan perhatian dengan cara dikecup mesra. Perasaan sayang, perasaan diperhatikan, sekaligus perasaan dikagumi dapat dirasakan oleh sang bayi secara langsung ketika sang ayah mencium dahinya.

Bayi pada dasarnya sudah mengetahui orang-orang yang benar-benar menyayanginya dari sentuhan yang ia terima pada bagian tubuhnya. Oleh karena itu ia pasti memberikan respon terhadap sentuhan yang diberikan oleh ayahnya tersebut dengan mengerjap-ngerjapkan matanya atau tersenyum sumringah saat disentuh atau dicium.

Titik ketiga pada tubuh bayi yang perlu mendapatkan sentuhan dari ayah adalah punggung tangan bayi. Bagian ini adalah bagian yang menunjukkan bahwa ayah menghargai apa yang dilakukan sang bayi. Ia bangga dengan pencapaian keterampilan motorik bayinya.

Titik terakhir yang perlu mendapatkan perhatian khusus lainnya dari ayah adalah kedua pipi bayi. Kedua pipi bayi menunjukkan rasa sayang dan bangga kepada sang bayi.

Apabila Ayah senantiasa menyentuh keempat titik pada tubuh bayi seperti yang diuraikan di atas maka bayi akan tumbuh menjadi pribadi yang halus, lembut, penuh kasih sayang, dan mampu memiliki rasa empati kepada orang lain di sekitarnya. Dengan kata lain, kemampuan emosionalnya berkembang baik seiring kemampuan motoriknya.

Sebab itu, marilah para ayah rajin-rajinlah menyentuh keempat titik istimewa pada bayi anda.***

WOW, TERNYATA IBU BISA MEWARISKAN LUKA BATINNYA KE ANAKNYA

Oleh Neneng Hendriyani

Siapa bilang trauma, depresi, luka batin hanyalah milik kita pribadi dan tidak memengaruhi hubungan antara kita dengan anggota keluarga?

Orang tua yang kini menjadi orang tua kita dahulunya adalah anak yang juga diasuh, dididik oleh orang tuanya. Pola asuh yang dialaminya ini tanpa disadari memengaruhi pola asuh yang diterapkannya kepada anak-anaknya sekarang. Di antara pola asuh itu ada yang diterimanya dengan perasaan positif dan tidak sedikit menimbulkan perasaan negatif pada dirinya. Seluruh pengalaman baik dan buruk yang dijalaninya selama pola asuh itu memengaruhi karakter dirinya. Karakter inilah yang kemudian tanpa sadar ikut memengaruhi pola asuh yang diterapkannya kepada anak-anaknya, yaitu kita.

Ada beberapa ciri di mana anak mendapatkan warisan luka batin dari sang ibu. Yuk, kita cek apakah kita memilikinya dengan menyimak ulasan berikut ini.

Pertama, apabila kita hanya memiliki ibu yang hanya hadir secara fisik dan tidak secara emosional maka sudah pasti kita mendapatkan warisan luka batin sang ibu.

Kedua, umumnya ketika seorang anak terluka, kecewa, atau sedih ia akan mencari sosok yang bisa memberikannya rasa aman dan tenang. Sosok ini biasanya adalah ibunya sendiri. Namun, ketika kita ternyata tidak merasa aman, nyaman, dan tenang berbicara tentang masalah kita kepada ibu kita maka itu tanda atau ciri bahwa kita tidak memiliki ibu secara emosional.

Ibu tidak hadir di saat-saat kita terpuruk, sedih, dan kecewa. Bisa jadi ia sendiri sedang sibuk mengelola batinnya akibat luka yang diterima saat ia kecil dahulu.

Ciri berikutnya adalah kita merasa kurang diapresiasi oleh ibu atas semua prestasi yang kita peroleh. Akibatnya kita menjadi mudah marah, urign-uringan, dan cenderung perfeksionis. Hal ini karena kita berusaha mendapatkan pengakuan, validasi, dan perhatian darinya. Kita berpikir bila kita sempurna maka ibu akan menyayangi dan mengapresiasi kita.

Keempat, normalnya seorang anak akan merasa senang bila berada di dekat sang ibu. Ini bisa dipahami mengingat sebuas-buasnya induk hewan buas ia tidak akan pernah memakan anaknya sendiri. Sayangnya, bagi anak yang memiliki ibu penderita luka batin justeru merasa cemas dan takut bila berdekatan secara fisik dengan sang ibu.

Ciri kelima adalah apabila kita memiliki ibu yang to the point mengatakan bahwa kita harus menanggungnya secara emosional dan finansial. Mungkin pada awalnya kita menganggap bahwa apa yang dikatakannya adalah candaan. Namun, karena seringnya ia mengatakan hal demikian terutama saat emosi maka itu adalah ciri bahwa sang ibu memiliki luka batin serius.

Akibat dari warisan luka batin sang ibu pada umumnya kita sebagai anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa rendah diri, kurang layak, kurang kesadaran emosional, tidak mampu menenangkan diri sendiri, merasa tidak mungkin menjangkau relasi yang hangat dan penuh cinta, serta memiliki kesulitan mempercayai orang lain.

Apabila kita memiliki semua atau sebagian dari ciri-ciri di atas mari kita menyembuhkandiri dari warisan luka batin sang ibu yang kita terima. Caranya dengan berusaha sungguh-sungguh menjadi orang tua bagi diri sendiri. Hal ini bisa kita tempuh dengan memanjakan diri kita sendiri dengan keinginan yang kita miliki saat kita masih kecil. Misalnya, membeli hadiah berupa buku, novel, atau sekadar  menonton di bioskop.

Kita memang dihadapkan pada pilihan yang rumit dan sulit. Menyelesaikan masalah dan luka batin ini sebenarnya menjadi tanggung jawab kita sendiri agar kita tidak ikut pula mewariskannya kepada anak-anak kita. Oleh karena itu, solusinya ada di tangan kita apakah kita ingin lari dari kenyataan bahwa kita tidak memiliki ibu secara utuh baik fisik maupun emosional, ataukah menghadapinya dengan berani mengatakan bahwa kita punya ibu namun ibu tidak hadir bersama kita.

Cara berikutnya yaitu dengan menemui psikolog yang bisa membantu kita meluapkan emosi negatif. Hal ini bisa kita tempuh bila ibu sudah tiada atau sulit ditemui.

Cara lainnya yang bisa ditempuh adalah dengan berusaha empati terhadap luka batin yang dihadapi sang ibu. Memaafkan dirinya dapat menenangkan diri juga.

Nah, apabila semua cara di atas sudah dilakukan namun masih juga merasa cemas dan takut maka sebaiknya menghindar demi tetap menjadi pribadi yang waras. Karena akan sangat sulit  berinteraksi dengan ibu yang toxic dan abusive. Percayalah bahwa di luar sana masih banyak orang yang bisa menjadi ibu bagi kita; mau mendengarkan dan memberikan kita solusi dari masalah yang kita hadapi.

Nah, apakah anda termasuk salah satu anak yang mendapatkan warisan luka batin dari ibu? Semoga setelah membaca ulasan di atas anda dapat mengatasinya dengan baik. Selamat mencoba.***

BENARKAH POSISI DUDUK SISWA MENENTUKAN PRESTASI SISWA?

Oleh Neneng Hendriyani

Maraknya berita mengenai berbagai cerita di hari pertama siswa bersekolah di tahun ajaran baru menggelitik rasa ingin tahu banyak orang. Benarkah posisi tempat duduk siswa menentukan prestasi siswa sehingga banyak orang tua yang berlomba datang lebih pagi demi mendapatkan posisi terbaik bagi buah hatinya?

Rasanya agak sedikit berlebihan bila kita menyaksikan fenomena para ibu yang menyekolahkan anaknya pada setiap tahun ajaran baru. Ada saja ulah yang mereka buat agar posisi terbaik bagi anak mereka tidak berubah di pagi hari pertama sang buah hati datang ke sekolah.

Ada yang menempelkan tas anaknya dengan cara melakbannya di atas meja. Ada juga yang merantai meja dan kursinya agar tidak berpindah tempat. Ada pula yang memakunya, menempelkan nama di atas meja, dan lain sebagainya.

Selintas memang semua itu terkesan berlebihan. Namun bagi orang tua itu adalah upaya nyata yang bisa dilakukan mereka dalam rangka membantu sang anak mendapatkan yang terbaik di sekolah.

Hal ini berkaitan erat dengan hasil penelitian yang dilakukan Penn State Altoona yang menyatakan bahwa siswa yang duduk di barisan depan cenderung mendapat nilai lebih baik dalam ujian sekitar 80%. Sementara barisan tengah 71.6% dan barisan terakhir hanya 68,1%.

Ini wajar mengingat posisi duduk barisan depan dan tengah umumnya lebih dekat dengan guru. Jadi, siswa pasti lebih mudah menangkap suara guru dan dapat berinteraksi langsung dengan guru dibandingkan mereka yang duduk di barisan paling belakang.

Siswa yang memilih posisi duduk di barisan belakang umumnya kurang fokus dengan isi pembelajaran karena mereka merasa bahwa guru hanya aktif berinteraksi dengan siswa yang memilih posisi duduk di barisan depan dan tengah. Mereka asyik mengerjakan tugasnya sendiri atau bermain di tengah proses kegiatan pembelajaran.

Dari apa yang terjadi di dalam kelas maka wajarlah  bila orang tua kemudian berlomba datang lebih awal guna mengamankan posisi duduk anaknya di kelas.***

 

 

Mengenal Anatomi Buku

Oleh Neneng Hendriyani

Sejak digulirkannya kebijakan baru mengenai naik pangkat bagi ASN terutama tenaga pendidik, jumlah penulis yang berasal dari profesi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini wajar karena banyak sekali komunitas profesi seperti IGI, PGRI, dan komunitas berbasis gerakan literasi yang mengadakan pelatihan menulis buku bagi para guru. Pelatihan ini tersebar tidak hanya di ibukota negara tetapi juga sampai ke seluruh penjuru tanah air. Tak hanya dilakukan secara tatap muka dengan duduk bersama di aula-aula gedung tetapi juga secara virtual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti zoom, YouTube, dan lain-lain.

Tujuan pelatihan-pelatihan tersebut sama. Yaitu membangun motivasi dan kesadaran para pelaku pendidikan untuk menulis buku.

Tak perlu banyak-banyak, cukup bisa menulis satu judul buku saja sudah membuat para panitia bangga dan bahagia. Nama-nama penulis baru tersebut pun dipajang di berbagai banner beda ukuran di berbagai tempat. Para pejabat daerah pun didorong memberikan penghargaan atas kerja keras para penulis pemula tersebut. Meskipun hanya secarik piagam penghargaan cukuplah itu semua memberikan kebahagiaan dan kebanggaan bagi guru penulis pemula.

Seiring bertambahnya jumlah guru yang terjun ke dunia tulis menulis maka pengetahuan mereka terhadap perbukuan pun dituntut untuk lebih luas. Mereka tidak hanya perlu mengantongi sejumlah kompetensi dalam menulis tetapi juga memahami anatomi buku dengan baik. Ini perlu dilakukan agar mereka sadar betul bagaimana menghasilkan buku yang benar-benar bagus dan berkualitas. Sehingga buku yang mereka tulis memiliki nilai lebih yang dapat berguna bagi masyarakat luas. Tentu saja tidak hanya terbatas memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan memenuhi angka kredit semata.

Pengetahuan dan pemahaman mengenai anatomi buku ini sangat ditekankan bagi para penulis. Tak terkecuali guru yang sudah bertekad terjun ke bidang penulisan. Dengan mengetahui anatomi buku maka diharapkan mereka dapat menulis sesuai dengan anatomi buku yang ingin mereka hasilkan.

Untuk lebih memahami apa itu anatomi buku mari simak penjelasan berikut.

Anatomi buku artinya bagian-bagian buku yang harus ada di dalam buku sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Layaknya anatomi tubuh manusia, anatomi buku ini menjelaskan tentang letak dan hubungan antar bagian buku.

Anatomi buku ini penting sekali bagi penulis dan pembaca. Anatomi buku bagi penulis jelas membantu penulis dalam menentukan apa saja yang perlu ditulis di tiap bagian anatomi tersebut. Sehingga kesalahan teknis penulisan karena kesalahan menulis pada bagian tertentu dapat dihindari.

Anatomi buku bagi pembaca pun jelas sangat penting. Pertama, anatomi buku membantu pembaca menemukan informasi yang diperlukan di dalam buku. Selain itu, pembaca juga bisa memilih bacaan yang diinginkan dan dibutuhkannya dengan cepat dengan menggunakan prinsip anatomi buku.

Kedua, anatomi buku membantu pembaca dalam menikmati isi buku dengan mudah. Selain itu dengan hanya melihat bagian yang penting dari bagian buku tersebut pembaca tahu bahwa buku tersebut memang worth buat dia.

Oke agar para penulis paham anatomi buku yuk simak penjelasan berikut ini.

Mari kita mulai dengan membahas anatomi buku dari bagian paling depan ya. Yaitu, sampul buku alias kover.

Kover atau sampul buku adalah bagian utama yang dilihat oleh pembaca. Ini adalah bagian yang harus digarap dengan serius oleh penerbit. Mengapa? Karena bagian ini benar-benar mewakili isi buku dan menentukan kualitas penerbit buku itu sendiri.

Pada bagian kover atau sampul terdapat judul buku, nama penulis yang menulis isi buku secara keseluruhan, nama penerbit yang menerbitkan buku, dan kode unik ISBN (internasional serial book number).

Desainer sampul atau cover designer memiliki tugas yang cukup berat dalam mencitrakan isi buku ke dalam selembar sampul buku.

Imajinasi yang kuat ditambah rasa estetika dibutuhkan untuk mendesain sampul buku yang bagus. Bagus saja tidak cukup sebenarnya. Sampul buku yang baik harus memenuhi kriteria di atas. Yaitu, berisi judul buku, penulis, penerbit, dan ISBN.

Desain sampul yang apik adalah bagian anatomi buku yang paling penting dan tidak bisa diabaikan. Bagaimana buku tersebut laris di pasaran juga bergantung dari sampulnya. Desain yang ciamik, keren, dan unik biasanya lebih marketable daripada yang biasa-biasa saja dan cenderung asal jadi.

Anatomi buku yang kedua adalah halaman pertama setelah sampul buku. Pada bagian ini terdapat judul buku, nama penulis dan logo penerbit. Halaman ini disebut halaman judul atau halaman Prancis atau France title.

Bagian ketiga dari anatomi buku adalah halaman kosong setelah halaman pertama tadi. Halaman kedua ini umumnya dibiarkan kosong oleh penerbit. Barulah pada halaman ketiga berisi halaman yang seringkali disebut halaman copyright atau halaman hak cipta. Halaman ini berisi judul buku, nama penulis atau penerjemah, nama penyunting/editor, nama desainer sampul, nama ilustrator, nama lay outer, identitas penerbit, ISBN, tahun terbit, cetakan atau edisi cetakan, nama pencetak (bisa jadi diisi dengan nama penerbit, kadang nama percetakan yang mencetak buku tersebut), jumlah halaman, dan periode terbitan buku.

Bila buku yang ditulis adalah buku hasil terjemahan atau saduran maka halaman ini berisi sedikitnya keterangan mengenai judul asli, nama penulis asli, dan nama penerbit asli buku tersebut. Pada bagian bawahnya biasanya terdapat kutipan yang berisi peringatan mengenai pelanggaran hak cipta.

Selanjutnya, halaman berikutnya dibiarkan kosong. Artinya hanya halaman sebelah kanan saja yang diisi. Nah halaman kanan ini diisi oleh kata-kata persembahan. Umumnya halaman ini dikenal dengan nama halaman persembahan atau dedication sheet. Penulis mencantumkan semua pihak yang menurutnya penting dan berarti baginya di halaman ini.

Tokoh-tokoh yang umum disebutkan di halaman persembahan adalah orang tua, pasangan hidup, anak, guru, teman, dan kolega.

Kata-kata yang biasa digunakan pada halaman ini adalah “Buku ini dipersembahkan untuk ….”

Apabila tidak ada tokoh yang ditulis di halaman ini bukan berarti halaman ini lantas tidak ada dalam anatomi sebuah buku. Penulis biasanya memanfaatkan ruang kosong pada halaman ini dengan menulis kalimat-kalimat motivasi, atau mutiara yang menjadi motto hidupnya. Intinya penulis ingin menyampaikan amanat atau pesan moral kepada pembaca mengenai sesuatu yang dianggapnya penting dan mewakili isi tulisan pada buku tersebut secara keseluruhan.

Setelah halaman persembahan maka halaman berikutnya adalah halaman yang boleh ada, boleh tidak. Halaman ini dinamakan halaman ucapan terima kasih. Mengapa dinamakan demikian? Karena pada halaman ini penulis mencantumkan semua nama tokoh yang telah berjasa kepadanya sehingga buku tersebut lahir dan sampai ke tangan pembaca. Nama-nama tokoh yang ditulis di sini umumnya lebih dari lima orang. Bila kurang dari itu maka penulis biasanya menuliskannya di bagian prakata.

Nah, bagian anatomi buku berikutnya adalah halaman sambutan. Tokoh yang memberikan sambutan dalam buku adalah tokoh yang dianggap penting dan memiliki kedudukan resmi. Misalnya penulis menulis buku yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di sekolahnya, maka tokoh yang memberikan sambutan adalah atasan tempat dia bekerja di sana. Yaitu, kepala sekolah.

Halaman sambutan ini bersifat opsional, ya. Artinya boleh ada, boleh tidak. Penulis tinggal menyesuaikan saja.

Anatomi buku berikutnya adalah halaman pengantar. Dalam bahasa Inggris halaman ini disebut Foreword. Di sini orang yang dianggap kompeten pada tema yang diangkat di dalam buku tersebutlah yang menulis kata pengantar. Untuk antologi biasanya editor buku yang memberikan kata pengantar.

Sesudah kata pengantar barulah prakata. Halaman prakata diisi oleh penulis. Di sini penulis menyampaikannya rasa syukurnya kepada sang pencipta yang telah memberikannya kesempatan, kemampuan, dan lain sebagainya untuk menghasilkan karya berupa buku. Pada paragraf selanjutnya penulis biasanya menceritakan sekilas tentang isi bukunya, latar belakangnya, dan harapan terhadap buku tersebut.

Sesudah itu barulah kita masuk ke bagian anatomi buku preliminaries alias pendahuluan yang terakhir dari sebuah buku. Yaitu, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.

Pada bagian daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar penulis hanya mencantumkan judul dan anak judul beserta halamannya saja. Ini berfungsi untuk memudahkan pembaca mencari informasi yang dibutuhkan secara cepat.

Itulah bagian anatomi buku pendahuluan alias preliminaries yang perlu diketahui penulis. Kini, mari kita simak penjelasan mengenai anatomi buku berikutnya yang tak kalah penting. Yaitu, bagian inti buku. Bagian inti buku ini terdiri atas bab, dan sub-subbab. Pada bagian inti buku ini penulis menulis berbagai hal secara runtut, jelas, dan tepat.

Setelah preliminaries alias anatomi buku awal, dan inti di atas barulah penulis masuk ke bagian anatomi buku yang paling akhir. Anggotanya adalah daftar pustaka, glosarium, lampiran, indeks, dan biografi singkat penulis.

Pada daftar pustaka penulis menuliskan semua sumber yang dijadikan referensi dalam menulis buku tersebut. Tata cara penulisan daftar pustaka ada beberapa macam. Sesuaikan dengan isi buku tersebut.

Glosarium adalah halaman khusus yang berisi daftar istilah yang dianggap belum familier. Sebagian orang menganggapnya sebagai kamus singkat. Pada bagian ini penulis memberikan penjelasan singkat mengenai istilah-istilah yang belum familier yang ditemukan di dalam naskah buku yang ditulisnya. Bagian ini bersifat opsional.

Lampiran terdiri atas beberapa halaman yang berada setelah glosarium. Isinya tentu saja berbagai hal yang dianggap penting dan mendukung isi buku.

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang dikelompokkan oleh penulis secara alfabet di mana di ujung kata atau istilah tersebut terdapat nomor halaman. Nomor halaman ini berfungsi memudahkan penulis mencari kata atau istilah tersebut di dalam buku.

Biografi singkat penulis adalah anatomi buku terakhir yang perlu diperhatikan penulis. Pada bagian ini penulis tidak hanya menampilkan foto dirinya dalam bentuk close up tetapi juga narasi singkat mengenai perjalanan hidupnya. Umumnya penulis mencantumkan riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, riwayat prestasi, bahkan nama-nama buku yang telah dihasilkan sebelumnya. Penulis mengakhiri tulisan di bagian anatomi buku ini dengan mencantumkan email atau nomor kontak yang bisa dihubungi pembaca.

Demikianlah penjelasan mengenai anatomi buku yang perlu diketahui penulis. Semakin penulis tahu anatomi buku maka penulis lebih mampu menghasilkan karya tulisnya dengan lebih baik.

 

(Bogor, 28 Mei 2021; 8:37 pm)