Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar Bagi Guru dan Peserta Didik

(Neneng Hendriyani)

 

Kata merdeka sejatinya adalah bebas; bebas melakukan yang disukai. Namun, apa jadinya bila bebas di sini ternyata tidak sebebas yang diinginkan? Tentu saja berbagai perasaan negatif muncul dalam berbagai variannya dalam memengaruhi kerja otak yang pada akhirnya membuat kita, guru dan peserta didik, bertanya kembali, sungguhkah merdeka?

Kemerdekaan adalah hak semua orang yang hidup di atas bumi. Ini adalah hak yang melekat dan tidak bisa diganggu gugat. Keberadaannya sama dengan beberapa hak istimewa lainnya yang dimiliki manusia. Yaitu, hak memeroleh pendidikan dan kehidupan yang layak.

Dalam mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak inilah manusia harus mampu meraih kemerdekaan. Tanpa kemerdekaan bagaimana mereka bisa belajar dan mengajar dengan bebas dan lepas sesuai dengan hati nurani.

Sebagai bagian dari sebuah organisasi besar yang bernama negara, guru dan peserta didik alias siswa memiliki tempat dan kedudukan yang persis sama di hadapan kemerdekaan. Keduanya memiliki hak untuk merdeka dalam melaksanakan segala kehendaknya dalam mencapai tujuan yang mengarah kepada perbaikan diri masing-masing.

Bagi guru, kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan dalam bidang finansial. Bila guru sudah merdeka secara finansial maka ia dapat terjun ke masyarakat dengan sepenuh hati dan jiwa raga. Tanpa keraguan, kekhawatiran akan masa depan keluarga dan dirinya ia siap berjibaku dalam berbagai situasi dan kondisi demi mencerdaskan bangsa.

Bagi peserta didik alias siswa, kemerdekaan adalah bagian di mana mereka bisa bebas memilih untuk memelajari berbagai hal yang mereka sukai dan butuhkan. Jangan paksa mereka memelajari banyak hal yang sebenarnya jauh dari minat dan kebutuhannya. Ibarat seekor burung, haruskah mereka belajar berenang dan melompat? Haruskah mereka belajar beradaptasi akan suhu air alih-alih belajar mengenal perubahan cuaca dan musim?

Selain itu, kemerdekaan bagi peserta didik adalah kemerdekaan di mana mereka bebas belajar kapan pun, di mana pun mereka mau. Jangan batasi lingkungannya dengan menyuruh mereka belajar di dalam ruang tertutup, berbentuk kotak atau persegi panjang. Merdekakanlah mereka dengan membiarkan mereka belajar dari alam sekitarnya. Duduk di atas rumput, di tengah hamparan padi yang menguning, atau di ketinggian lereng gunung akan membuat jiwa mereka tumbuh bersama keberanian, kepercayaan diri, dan pengetahuan mereka yang pastinya berguna bagi kehidupan mereka di kemudian hari.

Teori-teori yang menumpuk di kertas-kertas tua di perpustakaan itu bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi mereka. Mereka memerlukan interaksi antar sesama makhluk hidup agar mereka tumbuh seperti seharusnya. Tanpa interaksi yang hangat mereka sulit menjadi manusia seutuhnya. Rasa minder, gugup, mudah putus asa akan selalu menghantui perkembangan jiwanya yang terkungkung akibat interaksi sosial yang buruk.

Alam dengan segala kandungan misterinya adalah sekolah terbaik bagi mereka. Guru sebagai manusia dewasa adalah partner belajar yang paling tepat dalam mendampingi mereka  menuju kedewasaan dan perbaikan diri. Ketiganya saling terkait satu sama lain. Ketiganya membutuhkan kemerdekaan dalam porsinya masing-masing.

Konsep belajar merdeka yang dicanangkan pemerintah sebenarnya masih jauh dari gambaran merdeka di atas. Namun demikian, setidaknya ini membawa banyak perubahan positif dalam pendidikan. Guru, sebagai ujung tombak, akhirnya memiliki kemerdekaan meskipun hanya sepersekian persen dari arti kemerdekaan yang sesungguhnya.

Tanpa perlu memikirkan banyak hal, guru dapat hadir di mana pun sesuai dengan jadwal yang diberikan sekolah masing-masing untuk menyapa dan mengajarkan materi-materi yang diampunya melalui layar berdasarkan kondisi khusus. Ia merdeka dalam menampilkan citra dirinya saat mengajar. Ia merdeka tanpa alas kaki yang sering membuat kakinya tidak nyaman saat di depan kelas. Ia merdeka mengajar dengan pakaian rumahan yang apa adanya. Bahkan ia merdeka dengan sapuan kosmetik yang tipis dan cenderung polos saat menyapa peserta didiknya. Karena pada hakikatnya ia menyadari bahwa semua penampilan lahiriah itu bukanlah hal yang paling penting yang perlu dilakukannya saat berhadapan dengan peserta didiknya. Menyiapkan materi dari berbagai sumber yang berseliweran di sekitarnya, merancang proses pemelajaran yang begitu singkat dengan tetap mempertimbangkan bobot materi pelajaran yang perlu dikuasai peserta didik adalah fokus utamanya sebelum mengaktifkan kamera dan tampil prima di depan layar peserta didiknya. Mereka bebas berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk pelaksanaan belajar mengajar yang lebih baik dan bermutu.

Begitu pun peserta didiknya merdeka menggunakan sarung, celana pendek, atau pakaian lainnya dengan atasan berupa seragam sekolah saat belajar bersama melalui layar komputer atau gawai. Tanpa perlu memikirkan alas kaki, dan sebagainya mereka asyik bersenda gurau bersama guru dan teman-temannya guna merilekskan pikirannya sejenak sebelum masuk ke tahap inti pemelajaran.

Mereka “sesekali” merdeka menyeruput segelas teh atau susu hangat kala mendengarkan presentasi teman-temannya. Sebuah kegiatan yang tidak mungkin mereka lakukan bila mereka belajar di kelas. Mereka merdeka dalam menentukan media apa yang akan digunakannya dalam menyimpan semua materi yang dipelajarinya hari itu. Tak ada lagi paksaan harus menulis semua materi tersebut ke dalam buku. Mereka bisa menangkap layar, menyalin tempel, bahkan mengunduhnya langsung dan menyimpannya di folder-folder komputernya dengan cepat. Ini sungguh sebuah kemudahan yang patut disyukuri. Sangat efektif dan efisien.

Meskipun mereka tetap diberikan tugas baik lisan maupun tulisan yang semuanya harus dikumpulkan secara daring (online) selama Pembelajaran Jarak Jauh ini mereka tetap merdeka dalam menentukan waktu pengerjaannya. Guru hanya perlu menetapkan tenggat waktu pengumpulannya saja. Sisanya peserta didiklah yang memutuskan apakah akan mengerjakan sebelum tenggat waktu tersebut atau sesudahnya. Dengan begitu mereka belajar bertanggung jawab atas pilihan dan keputusannya sendiri. Mereka berlatih untuk siap menerima berbagai resiko dari keputusannya tersebut. Ini adalah hikmah dari kemerdekaan belajar bagi peserta didik.

Ketika penilaian tiba, guru juga memiliki kemerdekaan dalam melaksanakannya. Ia merdeka dalam memilih bentuk evaluasinya. Merdeka memilih platform yang akan digunakannya. Dan, merdeka dalam mengolah hasil evaluasinya tanpa perlu dibebani dengan hanya satu pilihan aplikasi saja.

Dari uraian di atas kita dapat tarik kesimpulan bahwa merdeka belajar, merdeka mengajar bagi guru dan siswa dewasa ini kiranya membuat guru dan siswa merdeka dalam arti yang sebenarnya. Kedua pihak merdeka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing demi tujuan yang sama-sama mulia, yaitu mengubah seseorang menjadi lebih baik lagi baik akal, pikiran, fisik, dan psikisnya. Kemerdekaan guru baik dalam bidang finansial, maupun bidang lainnya menjadi kunci keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Kemerdekaan bagi peserta didik dalam memilih pelajaran yang disukai dan dibutuhkan untuk masa depannya dapat membuat mereka lebih termotivasi untuk belajar dan membuat mereka lebih mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya sejak lahir.

Semoga merdeka belajar merdeka mengajar ini dapat memberikan inspirasi berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, guru dan peserta didik, untuk lebih mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dan mempersiapkan diri dalam menghadapi bonus demografi 2022 mendatang.*)

(Tulisan ini diambil dari tulisanku di buku antologi Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar. Penulis: Neneng Hendriyani, Iso Suwarso, IingFelicia, Sri Mukmini dkk. ISBN :  978-623-6581-27-8. hal 1-6.)

Rindu Pasaman

Rindu Pasaman

Oleh: Neneng Hendriyani

 

Di Pasaman kumpulan  sawit memanggilku pulang

Lelah jiwa merantau cari segenggam pengalaman

Tertidur di pangkuan nilam membius indra,

lupa janji pada awal kehidupan

 

Aih, aku rindu Pasaman,

rindu Rao, tanah tumpah darah penuh kenangan

Di mana tambang emasnya menyatukan kita berpuluh-puluh masa yang lalu

 

Ya, aku rindu Pasamanku, rindu Rao tanah pusaka

Bagian tak terlupa dari Pagaruyung nan merdeka

Bilik istananya mengeja aku punya nama

Saksi bisu tangisanku yang perdana

Di malam yang juita

 

(Bogor, 03 Februari 2020; 09.34 WIB)

Puisi di atas adalah puisi yang kutulis dalam buku Antologi Puisi: Tanah Kelahiranku yang terbit juni 2021 dengan judul Rindu Pasaman.

Dokumentasi Pribadi

 

KEBAYA BORDIR UNTUK UMAYAH

Oleh Neneng Hendriyani

Dokumentasi Pribadi

 

Betapa bangga dan terharunya saat menerima pesan singkat dari Kang Sahaya Santayana pada 12 Agustus 2021 lalu. Beliau mewakili Panitia Antologi Bordir Untuk Umayah, Tasikmalaya. Dalam pesan tersebut diketahui bahwa karyaku dengan judul KEBAYA BORDIR UNTUK UMAYAH berhasil masuk dan lolos kurasi tim kurator yang terdiri atas Acep Zamzam Noor, Sarabunis Mubarok, dan Yusran Arifin.

Dokumentasi Pribadi

Menulis dengan tema yang telah ditetapkan seperti itu bukanlah pengalaman pertama bagiku. Namun demikian, karya yang dihasilkan menjadi pengalaman yang tiada tara. Apalagi karya yang satu ini.  Seumur umur aku baru kali ini menulis tentang bordir. Tak dinyana kerdilnya pengetahuanku tentang bordil membuatku berkenalan dengan karya seni yang luar biasa cantik tersebut. Meskipun tidak keluar sebagai pemenang utama, namun aku bangga bisa menjadi bagian dari 115 Penyair Indonesia yang menulis tentang Bordir Umayah tersebut.

Dokumentasi Pribadi

Umayah adalah seorang pionir bordir yang hidup di Kota Tasikmalaya. Keterangan tentangnya kuketahui setelah buku Antologi Puisi 115 Penyair Indonesia: Kebaya Bordir Untuk Umayah tersebut tiba di rumah. Dialah perempuan yang begitu ulet memperkenalkan bordir ke mana-mana hingga akhirnya Tasikmalay terkenal sebagai sentra industri bordir Nusantara.

Dokumentasi Pribadi

Berikut ini puisiku yang terdapat pada buku tersebut.

KEBAYA BORDIR UNTUK UMAYAH

Oleh Neneng Hendriyani

 

Dari jari jemari lentik benang dan kain saling bercumbu

Mengulum senyum harapan, menebar asa kerinduan

Berjanji pada sang waktu

Hidup seindah sulaman sutra

Penuh warna dan hiasan berpadu angan serta impian

Abadi dalam ribuan kehidupan

Penuh cerita tentang bunga jua rayuan di balik selendang sutra

Janji itu digenggam nyata

 

Kini Umayah telah dewasa

Sulaman dan bordir menjadi napasnya

Di antara tarian jemari nan lentik

benang dan kain saling bercumbu

membentuk kebaya mengulum senyum harapan, menebar asa kerinduan

Berjanji pada sang waktu

Hidup seindah sulaman sutra

Bordir warna dan hiasan berpadu angan serta impian

Abadi dalam ribuan kehidupan

Seperti cinta, indah pada akhirnya

 

(Bogor, 02 Maret 2020; 18:29 wib)

(Buku Antologi Puisi 115 Penyair Indonesia: Kebaya Bordir Untuk Umayah, ISBN 978-623-96521-2-8, Penerbit Sanggar Golewang Tasikmalaya. 2021. Hal. 118)

PROCEDURE TEXT

Objective

Learn the particular features of procedure text

After reading this chapter, you are expected to be able to:

  • Define a procedure text or story
  • Understand the importance of reading procedure text
  • Understand the elements of the story, generic structure, and language features of procedure text story.
  • Analyze and determine how sentences fit into the development of structure.
  • Answer the questions based on the text
  • Be interested in reading more challenging procedure texts

1. What is Procedure text (manuals and tips)?

Procedure text is a text that is designed to describe how something is achieved through a sequence of actions or step. It explains how people perform different processes in a sequence of steps. It uses how to operate or use a product or tools, to make something new step by step completely.

1.     Text Structure (Generic Structure)

Generic structure used in a manual or tips (procedural text) is:

  1. Goal/aim (or title)
  2. Materials (not required for all procedural texts)
  3. Steps (the actions that must be taken)

2.      Language Elements

Language elements used in procedure text are:

  1. Work steps use Present tense, especially for command sentence
  2. use of technical terms
  3. size
  4. use first, second, next, and then, finally, at last
  5. Clear and good spelling and writing
  6. Pronunciation, stressing, and good intonation when it’s presented

3.     How to Understand Procedure Text

Steps of understanding Procedure Text:

  1. Find the theme
  2. Find the generic structure of text and make sure we understand all of the part of that generic structure.
  3. Remember the sequence of the procedure.
  4. Make sure the meaning of the questions and answer based on the knowledge of the reading the text.

4.     Example and Exercise of Procedure Text

Activity 1 (Reading and Writing)

Learn the following text of “How to Speak English Well”. Then, try to identify the social function, generic structure, and language elements used on the texts.

 

How to Speak English Well

Use these tips to improve your English.

  1. Surround yourself with English

You don’t need to be in an English-speaking country to surround yourself with English. Find ways to make English part of your everyday life at home, like writing your shopping list, reading the newspaper, listening to the radio, writing a diary in English, or listening to English on your cellphone while traveling to work.

  1. Make English friends

Even if you don’t live in an English-speaking country, there are probably many foreigners living nearby. Find ways to meet native English-speakers; going to foreign bars and restaurants, joining sport and social clubs, or arranging language exchanges. You could even volunteer as a guide at a local tourist attraction to meet English-speakers from all over the world.

  1. Find study partners

You don’t need native speakers to practice your English. Find a study partner, or form an English club and meet regularly to speak English. You can motivate each other, and you will learn by helping others with their problems.

  1. Use authentic materials

Just reading English in textbooks can get boring. Try reading English texts written for and by native speakers. It will be a challenge at first but a lot more interesting once you can do it. If you can’t find English books or magazines, use the Internet to read the news in English every day.

  1. Get online

Get online and you can be in contact with people from all over the world. Join chat rooms or forums, take an online English course, or find a pen pal to practice your English while learning about different cultures. With social media, it’s easier than ever to stay in touch with friends from all over the world.

  1. Set yourself realistic goals

Give yourself a reason for studying: do you want to get a promotion, be able to talk to your foreign colleagues, study abroad, or spend your next holiday in an English-speaking country? Set short-term as well as long-term goals, and keep track of your progress.

  1. Listen to real English

Train your ear by listening to English spoken at normal speed, even if you don’t understand everything. Also practice listening without seeing things written down and don’t be afraid to listen to things several times to catch any interesting or unusual vocabulary in there. It’s easy to find free English podcasts online and news agencies from most English-speaking countries have audio and video news available for free online.

  1. Find fun ways to learn new words

If you like singing, then look up the words for your favorite English songs. Or if you remember what you see, write new words on ‘Post-it’ notes and stick them up around your house. Make funny example sentences or draw little pictures next to new vocabulary to help you remember it.

  1. Learn about the culture

Find out about the people and the culture of English-speaking countries. Learning a language is not just about grammar and vocabulary: it’s about communicating with people who have different ways of thinking as well as speaking.

  1. Whatever you do, have fun!

Learning a language does take work, but you’ll be more likely to stick to it if you are enjoying yourself. Play games, do crossword puzzles, sing songs, read comics, and don’t worry too much about making mistakes – making mistakes is often the way to learn best.

 

The answer:

Title How to Speak English Well

 

Social function To describe how to speak English well through some steps.
Generic structure a.    Goal/aim (or title): How to Speak English Well; To describe how to speak english well through some steps.

b.    Materials: –

c.     Steps (the actions that must be taken):

·         Surround yourself with English

·         Make English friends

·         Find study partners

·         Use authentic materials

·         Get online

·         Set yourself realistic goals

·         Listen to real English

·         Find fun ways to learn new words

·         Learn about the culture

·         Whatever you do, have fun!

Language elements a.    Work steps use Present tense, especially for command sentence

b.    use of technical terms

c.    size

d.    use first, second, next, and then, finally, at last

 

Activity 2 (Reading and writing)

Learn the following manuals here and create your own manuals of learning something related to your program skill

 

OPERATE CNC MACHINE

 

In this procedure we will learn and try to operate a CNC machine. Starting from how to start the engine, enter the program, and turn off the engine properly. Before we do all the steps be sure to wear safe equipment!

How to start the engine

  • Turn the switch that is behind the CNC machine (switch on position)
  • Press ON button
  • Release EMERGENCY button
  • Free spindle by pressing UNLOCK spindle button; so that spindle can operate whenever it is needed.
  • Zero Return by turning the switch to the handle position and then press AUTO return. The purpose is to return the X axis and Z axis to zero position
  • Press the OPR Index button and press the 4 key; so that the operator can edit the program freely

 

How to set materials and input program

  • Plug material in the chuck
  • Turn on spindle by pressing the MOI button, input M3S800 then press EOB. Press START
  • Facing front of the material! After facing don’t change the position of the Z axis. We can move X axis to make it move away from the material
  • Press OFFSET, input XO and press INPUT button
  • Lathe slightly the diameter of the material then keeps the Z axis out of material. Measure the diameter of the material carefully
  • Press OFFSET, input the Z axis price according to the diameter of the material
  • Press EDIT button
  • Input program that we make
  • Press AUTO button
  • Press START
  • Wait until finish

 

How to turn of CNC machine

  • Press the spindle button OFF; so the spindle cannot rotate even when it has been programmed before
  • Turn off the EMERGENCY button
  • Press OFF button
  • Turn the switch ON the back of the machine to the OFF position

 

Some writing and speaking exercises that could be done by students in vocational high school are like the following exercises. As a teacher you can choose one of the items to deliver to your students.

 

Describe how to:

  1. Change car tire
  2. Do your light vehicle routine maintenance
  3. Prepare personal safety equipment on your workshop
  4. Draw site plan using software application
  5. Create creative product based on your department skill
  6. Create roadway and bridge constructions
  7. Make a good cabinet
  8. Make a school furniture
  9. Do your light vehicle routine maintenance
  10. Draw a panthouse using autocad application
  11. Make a school furniture
  12. Draw site plan using software application
  13. Create creative product based on your department skill
  14. Create roadway and bridge constructions

5.     Reinforcement

Remember the ways how to do the exercises of Procedure Texts:

  1. Read the title. The title is the description of the whole texts you will master.
  2. Read the texts smoothly but clearly. Make sure you master the parts of each generic structure.
  3. Remember each important content and message. Be aware that all of them will be mentioned in the exercises.
  4. Read the questions and answer. Make sure that you know and understand the answers correctly, in which line the answers are written briefly.
  5. Answer all and check once again

REFERENCES

_______2018. Plot the Course: Understanding Text Features in Fiction: Resources for the Adult Education Practitioner. Webinar Handbook, December 5, 2018. Institute for the Professional Development of Adult Educators. 3209 Virginia Avenue – Fort Pierce, FL 34981

Barwick, John. 2006. Targeting Text: Narrative, Poetry, Drama. Australia: Blake Edition.

Gerot, L., & Wignell, P. 1994. Making Sense of Functional Grammar: An Introductory Workbook. Antipodean Educational Enterprises Queensland.

Hyland. (N.D). 2002. Teaching and Researching Writing. London: Pearson Education Limited.

Linda, G., & Peter, W. 1995. Making sense of functional grammar. Antipodean Educational Enterpack (AEE). Australia.

Roberta L Sejnost, and Sharon M. Thiese. 2010. Building content literacy: Strategies for the adolescent learner. Thousand Oaks, CA: Corwin Press. http://www.adlit.org/article/39884/ (accessed March 6, 2021)

______    https://www.bedtimeshortstories.com/little-boy-with-a-slingshot (accessed March 10, 2021)

_______https://moralstories.top/read/little-boy-with-a-slingshotU (accessed March 2, 2021)

_______ https://www.pinterest.co.kr/pin/686236061942181539/ Accessed March 14, 2021.

_______Senior High School National Examination 2019)

_______www.structurechart/netfirms.com

_______http://schermerhorn.pbworks.com/w/page/111956431/Plot%20Structure

_______PUSPENDIK BALITBANG. 2019. Soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA/MA 2019/2020. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Page 3-4.

https://schermerhorn.pbworks.com/w/page/111956431/PlotStructure. (accessed March 2, 2021)

nb:

Tulisan ini diambil dari buku antologiku yang  berjudul,

English Text Learning Materials and Their Exercises: Narrative, Recount, Procedure, and Report Text

Writers                  : Pietra Dorand, Nur Cholifah, Neneng Hendriyani, Ika Purnama Sari

ISBN                        : 978-623-6581-11-7

Editor                     : Neneng Hendriyani

Lay out                   : tim CV

Cover designer     : Cahsantri

 

First Print               : April 2021

 

Publisher

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

Page vii+89

 

 

 

REFLEKSI GURU: BUKAN SEBUAH PILIHAN

Oleh: Neneng Hendriyani, M.Pd.

Menjadi seorang guru sebenarnya bukanlah pilihan utama dan cita-cita bagiku.  Namun karena lahir dari lingkungan keluarga besar pendidik membuatku menyerah memperjuangkan cita-cita awalku saat masih SMA dulu. Seorang wali kelasku sering kali menggodaku dengan mengatakan penampilan, gaya jalan, dan gaya bicaraku lebih cocok sebagai guru daripada profesi lainnya. Saat itu aku tertegun lantas melupakannya. Hingga kemudian datanglah hari di mana aku kemudian tanpa berpikir panjang berjanji kepada guruku tercinta, Jaya Rukmantara (alm). Dia lah sosok yang membuatku kemudian bekerja keras menguasai bidang ini selama delapan semester di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ibn Khaldun, Bogor. Diwisuda sebagai lulusan terbaik saat itu membuatku tersadar bahwa ini bukan lagi lelucon hidup. Ini adalah jalan yang harus ditempuh, suka tidak suka.

Robert Lee Frost, penyair Amerika Serikat, dalam puisinya The Road Not Taken membuatku kembali berpikir bahwa menjadi guru adalah jalan lain yang harus diambil saat itu. Tepat usia 21 tahun aku memulai pengabdian sebagai CPNSD termuda di SMK Negeri 1 Cibinong. Sebuah sekolah yang mengantarkanku menjadi sarjana cum laude dengan skripsi tentang kemampuan berbicara bahasa Inggris dan linguistics sebagai obyek penelitianku selama tiga bulan. Di sekolah yang kemudian ditahbiskan sebagai salah satu sekolah terbaik, terfavorit, dan sekolah berstandar internasional itulah aku belajar menjadi guru di berbagai bidang keahlian seperti rekayasa perangkat lunak, multi media, teknik computer jaringan, teknik konstruksi kayu, teknik gambar bangunan, teknik pemesinan, teknik kendaraan ringan, teknik otomasi industri, teknik logam dan metalurgi dan teknik sistem jaringan. Di sana aku menyadari bahwa bahasa Inggris yang digunakan seyogianya adalah English for Specific Purposes bukan General English. 

Mengajar siswa dari sepuluh bidang keahlian yang berbeda jelas memberikan pengalaman yang kaya untuk seorang pembelajar sepertiku. Perbedaan karakteristik mata pelajaran bengkel yang harus mereka kuasai memengaruhi karakter mereka dalam belajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Penguasaan TOEIC sebagai salah satu standar tolak ukur kemampuan berbahasa Inggris siswa sekolah menengah kejuruan membuatku harus membimbing dan mendampingi mereka secara penuh agar mereka mendapatkan skor yang tinggi dan meraih beasiswa mengikuti international test of TOEIC.

Kenakalan mereka sebagai siswa yang dahulu dikenal sebagai siswa STM (Sekolah Teknik Mesin) membuatku sadar aku harus tampil tegas, disiplin, dan menyembunyikan kelemahanku sebagai guru perempuan. Berdiri di depan mayoritas siswa laki-laki adalah tantangan terbesar bagiku di era 2003. Lambat laun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan kejuruan membuat sekolah kemudian dibanjiri siswa perempuan. Sejak 2005 aku mulai mengajar beberapa siswa perempuan di kelas-kelas yang dikuasai oleh mayoritas siswa laki-laki. Menjembatani perbedaan gender dengan segala keunikannya saat itu adalah tugas lain sebagai guru yang kujalani.

Enam belas tahun ditempa di sekolah yang menuntut lulusannya berhasil direkrut perusahaan-perusahaan besar menjadikanku seorang yang tak henti belajar banyak hal. Inilah keuntungan menjadi guru. Dia belajar tak hanya dari kampus tetapi juga dari siswa-siswanya.

(Sumber: Dokumen CV Cakrawala Milenia Jaya)

 

Perkenalan dan hubungan yang intensif selama empat semester dengan para tokoh nasional Muhammadiyah yang mengajariku di bangku kuliah pascasarjana membuatku makin sadar bahwa menjadi guru bukan hanya sekadar menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Guru adalah tiang pancang utama, sebuah pondasi bagi struktur kehidupan akademis manusia. Dia adalah seorang INSPIRATOR. Lewat guru seorang siswa bisa membuka dirinya dengan lapang. Lewat guru dia bisa mengungkapkan segala kekurangan dan kelemahannya dengan tenang. Lewat guru pula dia bisa menemukan jati dirinya yang hakiki sebagai manusia beriman. Gurulah cahaya kehidupan.

Kini, jalan yang awalnya tak sengaja kupilih telah menjadi medan juang utama. Tak ada jalan untuk kembali memulai menapaki jalan yang baru. I could not travel both. Dengan segala emosi, tanggung jawab moral sebagai guru, seluruh daya harus dikerahkan kembali untuk tak sekadar menggapai impian tetapi menggenggamnya erat. Jadilah guru Indonesia yang kuat, tabah, dan tetap menyalakan semangat sebagai inspirator bagi kebaikan sesama manusia. Selamat Hari Pendidikan! Bersama Kita Bisa! Indonesia Jaya!(*)

NB: Tulisan ini diambil dari buku antologi ku,  Refleksi Guru Indonesia di Hari Pendidikan

Penulis: I Kadek Widya Wirawan, Rahmiati, Santi Eliyanti, Iso Suwarso, dkk

ISBN   : 978-623-6581-14-8

Editor : Neneng Hendriyani

Lay out: Tim CV

Desain Sampul: Cahsantri

Cetakan Pertama, April 2021

SENANDUNG RINDU: BOGORKU, BOGORMU, BOGOR KITA: MEMAKNAI BOGOR MELALUI PUISI

Ini adalah antologi puisi yang ditulis oleh guru KPLJ Bogor. Di antaranya ada yang mengajar di SD, SMP, SMA, dan SMK. Tema yang diangkat dalam buku ini adalah segala sesuatu tentang Bogor; kuliner, budaya, sejarah, dan wisata.

BOGOR DAHULU KALA
Karya : Neneng Hendriyani

Bogor dahulu kala
Pajajaran berkuasa
Siliwangi Raja Diraja
Sosok penuh wibawa
Santun, Bersahaja, Gagah perwira,
pelindung dan pengayom jiwa
Tanah Sunda Berjaya
Seantero nusantara
Lewati masa demi masa

Bogor dahulu kala
Hijau makmur sentosa
Petani kaya raya
Semua bahagia
Tak ada tangis derita

Bogor dahulu kala
Tempat meneer bersuka cita
Berdendang berdansa
Tak jauh dari batavia

Bogor dahulu kala
Istana tak hanya rumah penguasa
Rakyat bebas bersua dan bersuara
Cerita tentang lara duka nestapa

Bogor dahulu kala
Di sini aku bercerita
Tentang asa dan cinta
Tuk bogor slalu jaya slamanya
(Karadenan, 02 Mei 2017)

MAKAM DI KEBUN RAYA
Karya : Neneng Hendriyani

Kawan, tahukah kau
di tengah kotaku ada taman
Taman nan unik, indah dan sejuk
Tempat rehat jiwa yang lelah
Tempat menyepi jiwa yang sepi
Tempat cerita jiwa yang bahagia
Bersama disana berdendang bercerita
Di bawah rimbunnya pepohonan raksasa

Kawan, tahukah kau
Di tengah taman ini ada pusaka
Tanda mata ditinggal masa
Belahan jiwa sang penguasa
Belahan hati sang empunya cerita
Banyak pula orang berjasa

Mereka ada sebagai tanda
Di suatu masa pernah berjaya
Memeluk cita demi sunda
Merajut kasih demi tugas negara
Mereka enggan kembali
Memilih abadi di sini
Di bumi Siliwangi

Mereka cinta bumi pertiwi
Meski kini ganti nama
Ganti pula penguasa
Mereka tetap ada
Ditengah taman raya
Bernama dan tak bernama
Menjadi saksi berkembangnya kota
(Karadenan, 02 Mei 2017)

AKULAH MAUNG PAJAJARAN
Karya : Neneng Hendriyani

Akulah Maung Pajajaran
Berdiri tegak di depan kantor praja
Simbol utama keberanian dan semangat
Berdiri tegak menantang
Pantang pulang sebelum menang
Pantang kalah sebelum perang
Tak hilang lekang di makan zaman
Akulah Maung Pajajaran
Putih jiwaku
Merah darahku
Setia selalu tuk mu
Berdiri tegak menantang
Pantang pulang sebelum menang
Pantang kalah sebelum perang
Tak hilang lekang di makan zaman
Kerana akulah Maung Pajajaran
(Karadenan, 02 Mei 2017)

DI TUNGGUL KAWUNG
Karya : Neneng Hendriyani
Di tunggul kawung Aku berdiri
Menatap mega menantang mentari
Bersimbah keringat bermandi cahya
Ditengah terik kota
Ku menanti

Di tunggul kawung Aku berdiri
Tegak bersama ribuan anak negeri
Bersumpah tuk tetap disini
Setia bersama hingga mati

Tak kan goyah aku berpijak
Tak kan lemah aku memihak
Padamu aku berjanji
Bersama ribuan anak negeri
Tegak berdiri di tunggul kawung hingga nanti
Engkau pergi tak kembali
(Karadenan, 05 Mei 2017)

JEJAK MASA LALU
Karya : Neneng Hendriyani

Jangan bilang kau tak tahu
Palagi tak mau tahu
Tataplah aku, lihat dan kenali diriku
Kita ada di tempat yang sama
Meski masa telah berbeda

Aku ada sejak dulu berdiri menatapmu
Menunggang kuda berlari berlomba
Dengan mesin ribuan kilo jelajah waktu
Di sirkuit tempat ku dulu berpacu

Aku masih disini menatapmu
Bersandar di kursi malas menunggu
Hangat mentari malu mencumbu
Tak henti manjakanmu
Bagai bayi mencari sang ibu

Dan Kau! Jangan bilang kau tak tahu
Siapa yang membangun kotamu
Tunggul kawung, pakuan tempo dulu
Situ Cikaret di tepi P-U
Situ Kibing di Pabuaran aku tahu
Masa kau tak tahu!

Malulah jika masih berulah
Laksana kura dalam perahu
Kujang sakti warisan Sang Prabu
Penghias megahnya kotamu
Aku tahu!

Jangan bimbang jangan ragu
Tatap kenali aku
Aku ada menatapmu
Dari lorong lorong waktu
Sekadar membawamu
Pada jejak masa lalu
(Karadenan, 05 Mei 2017)

PUSAKA SILIWANGI
Karya : Neneng Hendriyani
Disini di tanah ini pusaka berada
Titipan leluhur tuk seluruh negeri
Bogor nan makmur,
Bogor nan bersahaja
Bogor molek berseri berganti rupa

Disini di tanah ini Siliwangi memberi
Pusaka keramat yang harus di rawat
Sunda prayoga, tohaga, sayaga
Semangat juang tertanam di dada tua muda
Tuk bangun, bangkit bersama
Bogor jaya, Bogor perkasa

Disini di tanah ini
Pusaka dijaga
Titah Raja, titah Maha Kuasa
Bersatu berbakti tuk negeri
Tiada ingkar tiada lupa
Bogor nan makmur
Bogor berjaya
Kini dan nanti hingga anak cucu kita
(Karadenan, 05 Mei 2017)

EDI YOSO MARTADIPURA
Karya : Neneng Hendriyani
Disini kau berdiri
Berseragam putih berseri
Menatap lembut
Menyapa hangat
Menggenggam erat
Tak hanya pejabat

Disini berpuluh tahun lalu
Kau ada, berdiri dedapanku
Kobarkan semangat dalam dada
Menggebu, merangkai asa

Ya, disini kau dulu ada
Berjabat denganku sekadar menyapa
Hendak jadi apa besar nanti
Tengoklah aku nanti tiada
Jaksa pun berganti tak hanya aparatur negara

Hendak jadi apa besar nanti ulangnya?
Malu-malu aku menjawab
Hendak menjadi seperti dirimu
Wahai Bapak Edi Yoso Martadipura
(Karadenan, 02 Mei 2017)

SMK NEGERI 1 CIBINONG
Karya : Neneng Hendriyani

Tahun baru berganti
Milenium baru membumi
Cahyanya masih berpijar
Keperakan di kaki fajar
Saat ku lihat ia datang
Membawa papan terang benderang
Bersukacita seluruh warga
Bergemuruh sorak sorai membahana
Di karadenan ada es em ka

Ini bukan yang pertama, Kawan!
Di Gunung Putri saudara tua
Ini adik paling dicinta
Disini semua diterima
Belajar otomotif juga pe ka
Ai ti juga mesin, semua lengkap tersedia

Tujuh belas tahun sudah usia
Tak lagi balita meski ia masih belia
Semua masih sama hanya berganti nama
Intinya pe ka jadi te ka ka
Otomotif jadi te ka er
Ai ti punya anak tiga; er pe el, te ka je, juga multi media

Tinggal mesin masih setia
Tak ikut berganti nama
Inilah adik paling dicinta
SMK Milenium dulu namanya
Kini berganti nama
Satu cibinong tetap jaya!
(Karadenan, 05 Mei 2017)

AKU BUKAN PRIBUMI
Karya : Neneng Hendriyani

Aku bukan pribumi
Meski aku lahir besar disini

Aku bukan pribumi
Meski kakek buyutku mati disini
Lihat aku, apa aku pribumi?
Mataku sipit, kulitku terang

Hoi, kau yang disana!
Sering kau bilang aku bukan pribumi
Padahal aku ikut berjuang

Kau bilang aku tak sama
Hanya karena mata kita beda

Lagi, kau teriak: aku bukan pribumi
Meski kakek buyutku memilih makamnya disini
Di belakang pasar, di tepi setu
Di tempat biasa kau lalu
Selepas belanja lauk pauk

Aku tak tahu
Aku hanya tahu
Setiap senin aku bersepatu, berbaris dan bernyanyi
bersamamu
Indonesia Raya juga laguku
Setidaknya itu yang ku tahu
Indonesia tumpah darahku!
Cibinong tempat nenek moyangku!
(Karadenan, 05 Mei 2017)

STADION PACIRA
Karya : Neneng Hendriyani, M.Pd

Awal aku membaca
Aneh namamu di telinga
Stadion besar nan megah
Di tengah ibu kota

Pacira, ya pacira
Entah apa artinya
Hanya singkatan belaka
Apa punya makna?

Pakansari Cibinong Raya
Singkat nian ternyata
Nama tempat dimana kau ada
Disingkat PACIRA
(Karadenan, 05 Mei 2017)

PUISI ESAI MEREKAM ISU SOSIAL MASYARAKAT

Oleh Neneng Hendriyani

Sejak kemunculannya yang begitu menyedot perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 2017, banyak pihak diam-diam mulai berpikir serius tentang kelebihan dan kekurangan puisi esai. Salah satu poin yang sering dibidik oleh para praktisi sastra adalah apakah puisi yang ditulis dalam bentuk esai itu mampu menyampaikan apa yang benar-benar dan sedang terjadi di masyarakat Indonesia dalam bahasa puisi yang sudah lazim digunakan selama ini.

Apakah masyarakat benar-benar memahami puisi esai tersebut dengan mudah seperti yang diharapkan sang penggagasnya, yaitu Denny JA? Apakah unsur-unsur puisi yang umum ditemukan pada angkatan 45, 66, dan era 2000an masih bisa ditemui di puisi esai tersebut? Apakah semua kalangan masyarakat, penyair maupun bukan penyair, dapat membuat puisi esai yang memotret kondisi batin dan isu sosial yang krusial terjadi saat ini? Serta bagaimana puisi esai mampu menjalankan salah satu fungsinya sebagai alat potret kondisi batin dan isu sosial yang krusial terjadi di masyarakat pada suatu masa? Tulisan ini disusun berdasarkan pengamatan penulis terhadap lima pertanyaan yang paling sering muncul di atas.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama ini apa yang disampaikan oleh Denny JA dalam bukunya Memotret Batin dan Isu Sosial Melalui Puisi Esai (2017) adalah benar. Artinya, tidak semua masyarakat mampu memaknai puisi yang dihasilkan oleh angkatan 45, 66, 98, dan 2000an dengan baik. Tidak semua generasi muda akrab dengan puisi Chairil Anwar atau Sutardji Calzoum Bahri. Mereka lebih akrab dengan dunia film ketimbang puisi. Mengapa demikian? Hal ini karena tidak semua orang mampu menikmati keindahan kata yang disuguhkan oleh sebuah puisi dan menarik pesannya baik yang tersirat maupun tersurat dengan baik. Sementara film lebih mudah dinikmati dan dicerna pesan moralnya.

Selain itu, puisi yang dihasilkan oleh para pujangga tersebut memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya terletak pada pesan dan makna puisi yang tidak mudah dicerna dalam sekali baca oleh pembacanya. Bagi mereka yang tidak mendalami pendidikan sastra membaca puisi Aku karya Chairil Anwar umumnya dilakukan sambil lalu saja. Tak sedikit pembaca yang beranggapan bahwa Chairil adalah seorang atheis setelah membaca puisi tersebut. Pandangan mereka tidak bisa disalahkan dengan serta merta. Mereka menemukan kata “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”. Makna kalimat tersebut menggambarkan keserakahan Chairil dalam memandang isi dunia. Hal itulah yang mendorong ia lantang menyuarakan keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi.

Bagi para penikmat sastra yang berasal dari dunia sastra yang setiap harinya digojlok ilmu sastra pastilah tidak setuju dengan pendapat di atas. Mereka akan mencari puisi Chairil lainnya. Setelah itu baru menyimpulkan apa yang sebenarnya hendak disampaikan olehnya melalui puisi tersebut. Proses mencari puisi lainnya ini untuk menguatkan pendapat mereka bahwa Chairil bukanlah atheis.

Itu baru satu contoh puisi yang diambil. Bagaimana bila kita mengambil contoh puisi karya Goenawan Mohamad dan Sutardji Calzoum Bachri yang banyak menggunakan bahasa figuratif? Pasti tak mudah bagi orang awam, bukan? Nah, di sinilah puisi esai itu menjadi salah satu solusi bagi mereka yang ingin mengutarakan ide, dan perasaannya dalam bentuk yang indah dan lugas. Sebuah jenis tulisan sastra yang tidak perlu mengernyitkan dahi untuk menikmatinya. Sangat simple. Saking simplenya siapapun dapat membuatnya.

Tentu saja setelah banyak membaca referensi yang berhubungan dengan apa yang akan ditulisnya. Hal ini disebabkan wawasan penulis puisi esai itu haruslah luas dan didukung oleh bukti. Bukti di sini dapat diambil dari media massa daring maupun luring. Fungsi bukti di sini adalah sebagai penguat atas apa yang hendak disampaikan dalam puisi esai tersebut. Karena fungsinya sebagai penguat atau bukti maka diperlukanlah catatan kaki dalam puisi ini. Mirip dengan tatacara penulisan esai pada umumnya. Bedanya hanya terletak pada kosa kata dan jenis bahasa yang digunakan. Dalam esai yang sudah kita kenal sebelumnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dengan aturan penulisan formal. Di dalam puisi esai ini tidak perlu bahasa baku. Prinsipnya, selama orang yang membacanya paham maksud penulis, maka itu sudah boleh digunakan. Keluwesan bahasa inilah yang membuat masyarakat benar-benar memahami isi puisi esai tersebut dengan mudah.

Unsur puisi seperti kata, larik, bait, bunyi dan makna meskipun tidak sejelas di dalam jenis puisi pujangga lama, pujangga baru, dan kontemporer tetap ada dan digunakan dalam jenis puisi esai. Hal ini membuat para penikmat puisi tetap bisa menikmatinya. Pun, masyarakat awam yang tak paham benar dengan aturan njelimet sebuah puisi dapat tetap membaca dan menikmatinya dengan riang.

Berangkat dari penjelasan singkat di atas maka penulis yakin semua kalangan masyarakat, penyair maupun bukan penyair, dapat membuat puisi esai dengan mudahnya. Berbagai isu sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan keamanan negara dapat dijadikan bahan penulisan puisi esai. Dari beragam berita yang seliweran di televisi setiap pagi, seorang anak SMA bisa dengan mudah membuat puisi esai di sekolahnya. Informasi yang didapatnya sebelum berangkat sekolah dari siaran berita televisi itulah yang membantunya mengembangkan imajinasinya untuk menulis seluruh keresahan batinnya mengenai isu hangat tersebut. Dengan pengetahuannya yang terbatas mengenai bahasa figuratif ia tetap bisa menghasilkan puisi yang indah dalam bentuk esai.

Begitu pula dengan seorang mahasiswa sosial politik semester lima misalnya. Ia dapat membuat puisi esai setelah menyaksikan debat calon presiden dan wakil presiden di televisi. Pengetahuan dasarnya mengenai politik yang diperolehnya di kampus, ditambah ilmu pengetahuan dan informasi yang diserapnya setelah menyaksikan siaran debat tadi memperkaya kosa katanya dalam menulis puisi esai. Sekalipun ia bukan mahasiswa jurusan sastra ia dapat mencurahkan hasil analisisnya mengenai nasib bangsa bila calon A terpilih menjadi presiden nantinya tentu saja dengan menggunakan bahasa puisi sederhana dalam bentuk puisi esai. Semua orang yang membaca hasil karyanya dapat langsung mengetahui tujuan penulisan puisi tersebut. Sungguh sebuah kegiatan yang dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya karena bisa dilakukan dengan instan tanpa perlu membuka kamus dan terlibat diskusi panjang dengan sesama pembacanya.

Dari gambaran di atas maka puisi esai tentu saja mampu menjalankan salah satu fungsinya sebagai alat potret kondisi batin dan isu sosial yang krusial terjadi di masyarakat dengan baik. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan melalui puisi esai penulis dapat dengan mudah menyampaikan seluruh hal yang dirasakan batinnya sesaat setelah mengetahui atau bahkan mengalami kejadian penting yang terjadi di lingkungannya, baik di desa maupun di kota di seluruh wilayah Indonesia.

EsaiKU di atas dapat ditemui dalam ANTOLOGI 50 OPINI PUISI ESAI INDONESIA (ISBN 978-602-5896-25-5), 2018: 161-165.

MENJADI PEREMPUAN YANG UTAMA!

OLEH NENENG HENDRIYANI

Di zaman yang modern dan serba canggih saat ini menjadi perempuan bukanlah hal yang mudah. Semudah membalikkan telapak tangan atau mendendangkan lagu kenangan. Ada banyak hal yang harus dimiliki. Ada banyak hal yang harus dikuasai; baik terlihat maupun tak terlihat pandangan mata.

Perempuan bukan lagi makhluk lemah yang hanya sekadar bertugas di bidang domestik rumah tangga. Seperti mengandung anak, merawat anak, hingga pekerjaan rumah tangga lainnya. Perempuan kini sudah bermetamorfosis menjadi makhluk yang serba bisa; serba kuat. Meskipun itu tampak pada lahiriahnya saja. Secara batiniah perempuan zaman sekarang tidak jauh berbeda dengan perempuan yang hidup seratus bahkan dua ratus tahun lalu. Ia masih merupakan makhluk yang sentimentil. Ia lebih mengutamakan perasaan daripada nalar dan logika yang dimilikinya. Ia tak pernah segan mengambil keputusan terberat dalam hidupnya hanya dengan mengikuti perasaannya saja. Ia tak pernah ambil pusing apakah perasaannya itu benar atau salah saat itu. Baginya bergerak mengikuti perasaan adalah hal yang benar. Itu adalah hal yang wajar karena perempuan tidak lah sama dengan lelaki.

Lelaki dari tahun ke tahun, dari masa ke masa tidak pernah berubah. Ia tetap sosok maskulin yang lebih mengedepankan nalarnya daripada perasaannya. Ia tetap teguh memegang prinsipnya sekalipun seringkali mengabaikan perasaannya sendiri. Begitulah perbedaan mendasar yang dimiliki keduanya.

Bila dulu perempuan hanyalah sekadar pelengkap kehidupan. Kini ia memainkan peran yang tak kalah pentingnya dengan laki-laki. Sudah banyak yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi sehingga dapat berkarier di perusahaan nasional dan asing. Bahkan, tak sedikit yang memegang jabatan penting di bidang pemerintahan. Hebat bukan? Tentu saja hebat. Coba bandingkan bila dulu perempuan hanya menerima perintah kini ia memberi perintah. Bila dulu ia menjadi pengikut kini ia memiliki pengikut. Bila dulu ia dipilih kini ia berhak memilih. Tak ada lagi sekat yang membedakan posisi antara laki-laki dan perempuan saat ini.

Namun, apakah itu semua sudah menjadikan perempuan sebagai sosok makhluk yang sukses dalam hidupnya? Apakah ia sudah berhasil menjalankan seluruh tugas dan kewajibannya baik menurut pandangan agama, sosial, dan budaya? Terlalu naif bila langsung menjawab “ya”. Perlu kejujuran dan keluasan wawasan untuk bisa menjawab semua persoalan tersebut.

Menjadi perempuan berarti menjadi penerus kehidupan. Begitulah setidaknya agama, sosial, dan budaya memandangnya. Hal ini tidaklah berlebihan. Bukankah perempuan memang difasilitasi semua kemampuan untuk melahirkan keturunan baru yang siap menjadi khalifatul ardhi? Selain itu ia pun dibekali kemampuan untuk mengelola perasaannya yang halus sebagai bekalnya dalam merawat tumbuh kembang keturunannya tersebut.

Sebagai penerus kehidupan, perempuan acap kali dipandang sebagai mesin reproduksi semata. Inilah yang membuat perempuan masa kini enggan mengakuinya. Coba saja tengok kenyataan di sekeliling. Berapa banyak perempuan yang malas hamil, malas menyusui, malas merawat buah hatinya sendiri? Mengapa mereka enggan melakukannya? Hal ini dikarenakan stigma yang diterima mereka membuat mereka malu. Pekerjaan tersebut menjadi tidak bernilai tinggi dan mulia lagi. Tugas merawat anak bukan lagi tugas yang memiliki prestige tinggi. Jadi, banyak yang menolak melakukannya.

Mereka yang bekerja di kantoran dan memiliki posisi tinggi di kantor lebih memilih menunda pernikahannya. Mereka melakukannya dengan kesadaran yang cukup tinggi. Mereka merasa sayang bila pekerjaannya tersebut terganggu dengan berbagai urusan rumah tangga yang remeh temeh. Mereka takut semua urusan tersebut menghambat kemajuan kariernya. Jadi, daripada terlanjur terjebak dalam kehidupan pernikahan yang dapat menghambat kemajuan kariernya mereka memilih hidup membujang.

Ketakutan di atas juga dialami oleh perempuan yang telah menikah dan bekerja. Akibatnya banyak yang menunda kehamilannya dengan menggunakan berbagai macam metode dan usaha. Pernikahan hanya dipandang sebagai status saja. Hal ini agar mereka terhindar dari ejekan sarkasme seperti “jones alias jomblo ngenes, atau ga laku.”

Sungguh tak mudah menjalani tugas sebagai penerus kehidupan. Perlu kesadaran yang luar biasa dari perempuan itu sendiri. Tingkat pendidikan dan wawasannya turut berperan aktif dalam membantunya memahami tugas utama tersebut.
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat membantu perempuan agar menjadi perempuan utama yang dapat menjalankan seluruh tugas dan tanggung jawabnya termasuk sebagai penerus kehidupan. Pertama adalah kesadaran akan posisinya sebagai perempuan. Perempuan yang baik adalah ia yang memahami kodrat kewanitaannya yang tak bisa lepas dari tugasnya sebagai penerus kehidupan. Sebagai perempuan ia harus menerima takdir biologisnya. Ia tak boleh mengeluh bila harus sakit saat menghadapi menstruasi, kehamilan, hingga proses kelahiran tiba. Ia pun tak boleh menyerah saat harus berjuang memberikan ASI kepada bayinya hingga usia 2 tahun.

Kedua adalah penerimaan akan posisinya di tengah keluarga. Ia harus siap menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang perempuan yang bersuami. Ia harus dapat menjalankan beberapa peran sekaligus dalam hidupnya berumah tangga. Ia harus pandai berperan sebagai istri dan teman bagi suaminya. Sekaligus berperan sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ia tidak boleh membiarkan siapapun menggantikan perannya tersebut. Ia harus menjaga agar rumah tangganya tetap berjalan sesuai dengan harapannya dan seluruh keluarga besarnya.

Ketiga, ia harus siap berjibaku memberikan pelayanan dan pengabdian yang tiada tara bagi suami dan anak-anaknya. Hal ini agar suami dan anak-anaknya tidak kehilangan dirinya baik secara fisik maupun batin. Jangan membiarkan anak-anak tumbuh dan berkembang tanpa kehadirannya. Jangan menyerahkan semua hal yang berkaitan dengan anak-anak ke asisten rumah tangga atau pengasuhnya. Jangan biarkan ikatan (bonding) antara anak dan pengasuh tercipta dan lebih erat daripada ikatan ibu dan anak. Berilah waktu yang efektif dan efisien yang dapat dihabiskan bersama anak-anak. Sempatkanlah diri dalam bercengkrama dengan mereka sehingga ikatan ibu dan anak dapat tumbuh secara alamiah dan menyenangkan.

Keempat, hilangkanlah perasaan negatif yang berkaitan dengan karier. Tiupkanlah keyakinan ke dalam lubuk hati bahwa dengan menjadi ibu yang hebat dan istri yang hebat, karier di kantor juga akan hebat. Tutup semua telinga dari mendengarkan pernyataan buruk lingkungan kerja yang tidak mendukung profesi sebagai ibu. Bertemanlah dengan sesama perempuan yang menjadi ibu. Saling mendukung di antara sesama perempuan yang menjadi ibu adalah hal yang baik dan menyehatkan mental.

Kelima, tetaplah menjadi perempuan yang serba bisa baik di rumah maupun di luar rumah. Kerjakan semua pekerjaan rumah yang berkaitan dengan kemampuan sebagai wanita dengan perasaan riang. Latihlah keterampilan menjahit, merenda, mencuci, merapikan rumah, dan memasak. Jangan serahkan semua pekerjaan tersebut kepada orang lain sekalipun mampu membayarnya. Pekerjaan yang dilakukan sendiri hasilnya tentu berbeda baik dari kepuasan batin maupun kerapihannya. Jangan putus asa jika mengalami kesulitan saat melakukannya. Dengan banyak berlatih lambat laun semua akan menjadi biasa dan handal. Keluarga pun akan merasa lebih bahagia dan sangat dihormati bila semua makanan yang disantapnya adalah buatan ibunya sendiri.

Tetap keluarkanlah kemampuan terbaik saat bekerja di luar rumah. Profesionalitas tetaplah dijunjung tinggi. Jangan menjadikan pekerjaan rumah sebagai alasan saat prestasi kerja di kantor menurun. Cobalah untuk fair (jujur) terhadap diri sendiri. Bila mengerjakan segala sesuatu yang disukai tentulah hasilnya akan lebih baik dan sempurna. Maka, hindarilah mengerjakan yang tidak disukai. Perbanyaklah melakukan yang disukai. Dengan demikian semakin banyaklah aura positif yang diterima jiwa. Ini akan sangat baik bagi kesehatan tubuh dan jiwa.

Dengan melakukan seluruh uraian di atas tanpa sadar sebagai perempuan kita telah melaksanakan tugas utama di dunia ini. Yaitu penerus kehidupan dan penjaga kehidupan. Hal ini selaras dengan cita-cita Raden Dewi Sartika pada abad ke 18 lalu. Perempuan haruslah berdiri dengan mandiri, berdikari di sisi laki-laki dengan menjadi istri yang utama. Istri yang serba bisa dalam menjalankan tugas dan perannya baik di dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga.


Esai di atas adalah karyaku yang masuk ke buku antologi MENGHIDUPKAN RUH DEWI SARTIKA DALAM JIWA PARA GURU (SERI ESAI) (ISBN 978-602-5434-21-1) 2017:95-101.

WAHAI PUTRIKU

Oleh: Neneng Hendriyani, M.Pd

Wahai putriku
Kenalkah kau padaku?
Aku lahir di Cicalengka, 4 Desember 1884 lalu
Jauh sebelum Kartini ada
Jauh sebelum negeri ini merdeka
Bahkan jauh sebelum kau punya nama

Tahukah kau siapa aku?
Aku anak bupati yang ternama
Ayahku Raden Rangga Somanagara
Ibuku R.A. Rajapermas
Ayahku di buang Belanda
Ibuku ikut serta
Tinggalkan aku dan para saudara
Ikut paman ke Tasikmalaya
Hingga ayahku tiada

Kenalkah kau padaku
Wanita sederhana berbalut kebaya
Dengan konde khas tatar Sunda
Senang bermain drama
Di halaman pendopo ibukota
Menjadi guru mencari siswa
Mengajar menulis juga membaca
Dengan alat yang serba sederhana
Hingga suatu masa ku bangun sekolah

Sekolahku sekolah pertama
Di sini di tanah Hindia Belanda
Bukan ‘tuk semua
Cuma untuk anak wanita

Kuajari mereka tulis baca
Basa Sunda juga bahasa Belanda
Merajut, menjahit, merenda
Memasak, mencuci hingga semua bisa
Tak ada yang terlupa

Aku ingin kaumkku maju
Bukan untuk menjadi nomer satu
Apalagi menjadi Ratu

Aku ingin kaumku mandiri
Bisa tegak berdiri sejajar saling mengisi
Bukan untuk menyaingi
Tapi menyiapkan generasi demi generasi

Bila kaumku pintar
Sudah pasti generasi berikutnya pintar
Bila kaumku baik pasti lahir generasi baru yang baik
Begitu seterusnya
Begitu yang ku mau
Begitu usahaku
Hingga ajal menjemputku; 11 September 1947

Wahai putriku
Kini kau tahu siapa aku
Cam ‘kan nasihatku:
Jangan lagi lupa dan malu
“kita adalah wanita, kita penjaga keutuhan keluarga, kitalah tiang negara, dari kita untuk negara, untuk dunia!”

Puisi ini terdapat dalam buku antologi MENGHIDUPKAN RUH DEWI SARTIKA DALAM JIWA PARA GURU (SERI PUISI), 2017:120. ISBN 978-602-5434-21-1

SEKOLAH ISTRI

Oleh: Neneng Hendriyani, M.Pd

16 Januari 1904
Di pendopo Kabupaten Bogor ia berdiri
Terima 60 putri dari kalangan anak negeri

Bersama Nyi Poerwa dan Nyi Oewit
Jalani sekolah dengan usaha mandiri
Ada membaca dan menulis
Bahasa Belanda juga bahasa pribumi
Ada merenda, merajut, menjahit, memasak hingga mencuci
Lengkap semua dipelajari
Bekal hidup para putri
Bila sudah jadi istri

Puisi ini terdapat dalam buku antologi MENGHIDUPKAN RUH DEWI SARTIKA DALAM JIWA PARA GURU (SERI PUISI), 2017:119. ISBN 978-602-5434-21-1