SEPOTONG BIOGRAFI RADEN DEWI SARTIKA

Empat Desember Delapan Belas Delapan Empat
Tatar Sunda bergembira
Putri jelita lahir sudah
Anak Raden Rangga Somanagara
Bawa cita tinggi mulia
Tuliskan nama, harumkan bangsa

Gadis lugu nan rupawan
Tumbuh ayu kian rupawan
Elok bahasa juga tingkah laku
Asyik bermain peran bersama kawan menjadi guru

Di pendopo kabupaten ia berjibaku
Cerdaskan kaumnya agar berilmu
Bukan untuk menjadi nomer satu
Apalagi menyaingi Sang Ratu*

Ia ingin semua mampu
Dampingi suami sebagai istri
Bukan istri sembarang istri
Tapi istri yang utama
Tak hanya mampu menjaga anak
Tapi jua berdikari mandiri di sisi
Demi keutuhan keluarga
Demi cinta yang hakiki

Dialah ibu sejati
Harum namanya dalam sanubari
Raden Dewi Sartika
‘tuknya kupanjatkan doa

(Karadenan-Cibinong, 3 September 2017)

Puisi ini terdapat dalam buku antologi MENGHIDUPKAN RUH DEWI SARTIKA DALAM JIWA PARA GURU (SERI PUISI), 2017:118. ISBN 978-602-5434-21-1

HUJAN DI MATA AYU

Oleh: Neneng Hendriyani

Tiap hujan turun ia gembira
Di bawah payung hitamnya ia lari ke taman kota
Berdiri menanti ‘tuk kesekian masa
Seseorang yang entah ada di mana

Tiap hujan turun jantungnya berdansa
Menari di antara kelopak teratai
Lompat sejauh ia bisa ke tepi kolam
Berdiri menyambut seseorang yang entah ada di mana

Tiap hujan turun, ia kembali hidup
Matanya bersinar berkilat indah laksana kejora
Berkedip terpesona pada bulir air yang jatuh
Di atas daun keladi

Tiap hujan turun, harapannya tumbuh ribuan kali
Tak peduli musim berganti
Tak peduli dingin yang dihadapi
Ia bahagia berlari di bawah payung hitamnya
Berdiri menanti ‘tuk kesekian masa
Seseorang yang entah ada di mana
Tiap hujan turun, ia percaya
Selalu ada cinta yang berlari ke arahnya
(Bogor, 17 Agustus 2018)





Puisi ini adalah karyaku yang berhasil diterbitkan dalam buku antologi A SKYFUL OF RAIN (ANTOLOGI PUISI BANJARBARU’S RAINY DAY LITERARY FESTIVAL 2018) (ISBN 978-602-8414-39-5) Halaman 201.

ATMA YANG TERSESAT

Oleh Neneng Hendriyani

Dalam perjalanan ini atmaku nyasar
Tersesat di antara riuhnya gelombang dan kepakan elang
Nyanyian jiwa makin pelan tak terdengar
Terdampar di antara bebatuan karang hilang tenggelam

Ah, siapa yang pantas disalahkan?
Dia telah beri segala yang Ia miliki tanpa pamrih
Sementara itu atmaku masih jua nyasar meski kidung pujian kulantunkan tiap pagi dan petang
Hilir mudik atmaku tak keruan
Mencari jalan pulang di antara gelapnya persimpangan
Hutan belantara, bukit dan gunung, lembah dan lautan menjadi tempat pelarian
Samsara tak jua berhenti menghadang
Atmaku hilang di telan keraguan

Nun jauh di sana
Pemilik atma masih berdiri
Merentangkan tangan berharap atma datang dalam peluk kedamaian
Sementara itu atmaku masih jua nyasar
Meski kidung pujian kulantunkan tiap pagi dan petang

( Bogor, 4 Maret 2020; 08.53 WIB)


Puisi ini berhasil masuk ke dalam antologi puisi “SEMESTA JIWA (ANTOLOGI PUISI BERTEMA SPIRITUALITAS)” halaman 96, terbit Mei 2020 dengan ISBN 978-623-92348-4-4.

REINKARNASI

Oleh Neneng Hendriyani

REINKARNASI
Oleh: Neneng Hendriyani

Berjalan menyusuri lorong waktu
tatap tajam setiap persinggahan
Mengingat dalam kelam, memandang dalam diam
Jauh di hati, beban kian hilang
Sementara cerita-cerita lama masih beredar dalam biduk kenangan
Meminta haknya tidak dilupakan
Meski tubuh telah berganti, jiwa tetaplah abadi bersama
seluruh cerita di dalamnya

Dalam setiap satu dasawarsa
Terlahir kembali dalam nama yang berbeda
Tubuh yang tak lagi sama dengan jiwa yang serupa
Kembali untuk menapaki lagi jalan-jalan yang pernah
dilalui
Menyempurnakan segala hal yang masih tersisa di kehidupan sebelumnya
Mengubah yang bisa diubah, mencuci yang bisa dicuci
Agar damai semesta, damai juga jiwa

Kembali mengingat dalam kelam, memandang dalam diam
Jauh, nun jauh di hati, beban kian hilang
Sementara cerita-cerita lama masih beredar dalam biduk
kenangan
Meminta haknya ditunaikan
Meski tubuh telah berganti, jiwa tetaplah abadi
Dalam lingkaran reinkarnasi

(Bogor, 4 Maret 2020; 08.43 WIB)


Ini adalah puisi yang berhasil lolos kurasi untuk lomba menulis puisi dengan tema spiritualitas yang diselenggarakan oleh Rumah Semesta (W. Mustika) pada Mei 2020. Judul buku antologi ini adalah SEMESTA JIWA (ANTOLOGI PUISI BERTEMA SPIRITUALITAS)
. ISBN 978-623-92348-4-4. Puisi ini terdapat pada halaman 95.


BERTUALANG KE NEGERI SATWA (KUMPULAN DONGENG FABEL)

ISBN 978-623-7837-05-3

BERTUALANG KE NEGERI SATWA – COVER

Sebagai salah satu mentor menulis cerita fabel aku menulis CACA DAN KAKA (halaman 4-6) di dalam buku ini. Ada 50 guru anggota Komunitas Guru Penulis Jawa Barat (KGPJB) yang menulis cerita fabel. Mereka mengangkat kisah tentang hewan yang disesuaikan dengan daya tangkap dan imajinasi anak-anak. Sebelumnya mereka dibekali dengan pengetahuan mengenai penulisan cerita fabel olehku dan Pak Saiful Amri. Kami bergantian melatih dan mendorong mereka semua agar berani mencoba berkreasi dan keluar dari zona nyamannya sebagai penulis selama ini. Meskipun hanya sedikit yang berprofesi sebagai guru TK dan PAUD karya mereka luar biasa bagus dan bisa digunakan di kelas-kelas TK dan PAUD. Ini sungguh sangat menggembirakan.

UNTUK ANAKKU (Kumpulan Cerita Anak Penumbuhh Budi Pekerti)

Ini adalah karya bersama yang ditulis oleh guru anggota Komunitas Menulis KGPJB (Komunitas Guru Penulis Jawa Barat). Kebetulan aku menjadi mentor kelas menulis cerita anak bersama Bapak SAIFUL AMRI. Kelas yang diprakarsai pengurus KGPJB ini berhasil merekrut puluhan guru dalam kelas maya yang menggunakan WhatsApp (WAG). Di dalam kelas ini lah aku dan Pak Sam bergantian memberikan materi tentang bagaimana menulis cerita untuk anak. Alhamdulillah kerja keras kami membuahkan hasil. Seluruh “siswa” di kelas ini berhasil membuat cerita untuk anak.

Di buku ini pun aku menulis sebuah cerita untuk anak dengan judul “CERITA AKU” yang terdapat pada halaman 4-6. juga “LAYANG-LAYANG AZMY” (halaman 104 – 106. Semoga buku ini bermanfaat bagi anak-anak kita semua.

CORONA DAN GURU

Oleh Neneng Hendriyani

Sudah dua minggu aku di depan layar berbalut daster dan sendal,
wajah polos tak sempat dandan yang terpikir cuma mengajar
Sejak pagi hingga malam laptop dan handphone jadi kawan
Kuota sudah tak dipikirkan entah berapa yang melayang

Mata lelah, kepala berkunang, jari jemari pegal kesemutan tak jua dihiraukan
Hendak mengeluh tapi tabu, rasa malu memaksaku tetap tegar tetap sabar
Mengajar jarak jauh tergantung koneksi tergantung sinyal,
nilai siswa jadi tujuan

Entah berapa minggu lagi, begini
Sejak enam belas Maret aku meng-upgrade diri
Satu demi satu aplikasi dipelajari guna memudahkan tugas sesuai janji bakti
Sejak pagi hingga malam laptop dan handphone jadi kawan
Kuota sudah tak dipikirkan entah berapa sudah melayang

Mata lelah, kepala berkunang, jari jemari pegal kesemutan tak jua dihiraukan
Nilai siswa jadi tujuan sebagai bekal mereka di masa depan kala corona tinggal kenangan
Kuatkan niat, bulatkan tekad mengajar jarak jauh, tergantung koneksi tergantung sinyal,
nilai siswa jadi tujuan

(Karadenan, 30 Maret 2020; 18.52)

Tentang Penulis:
Neneng Hendriyani lahir di Kabupaten Bogor dan tinggal di red zone Karadenan, Cibinong. Sehari-hari bertugas sebagai guru bahasa Inggris di SMA Negeri 4 Cibinong. Untuk korespondensi sila hubungi nenghendri53@gmail.com dan WhatsApp 085715773482

Puisi di atas dimuat dalam buku PANDEMI PUISI (ANTOLOGI BERSAMA MELAWAN COVID-19) dengan ISBN 978-602-5780-60-8 pada halaman 278. Buku ini memuat semua curahan perasaan, pikiran, dan harapan dari seluruh penyair nusantara terhadap Corona Virus yang tiba-tiba datang di awal tahun 2019 di Indonesia.

KUNANTI DI KAMPAR KIRI (ANTOLOGI PUISI PENYAIR ASEAN)

Ini adalah buku antologi puisi yang ditulis oleh para penyair ASEAN. Tidak mudah untuk bisa masuk ke dalam bagian buku ini. Seluruh penyair harus berkompetisi menulis sebuah puisi dengan tema yang sudah ditentukan oleh Panitia. Yaitu tentang Kampar Kiri, Gunung Sahilan, Riau. Bersyukur aku bisa masuk ke dalam kompetisi ini dan menjadi salah satu bagiannya dengan sebuah puisi yang berjudul MALAM KENDURI DI KAMPAR KIRI (halaman 126).

Berikut ini puisinya. Selamat membaca, ya.

Antologi Puisi “Kunanti di Kampar Kiri (Mendulang Gunung Sahilan, Menyanding Rimbang Baling)”

Malam Kenduri di Kampar Kiri
Oleh Neneng Hendriyani

Malam baru mulai datang, kawan
Kenduri pun belumlah usai
Mari merapat sini, dendangkan lagu suka kita
Di Kampar Kiri bebas menari
Nyanyikan syair cinta, ribuan doa ‘tuk umat sedunia

Jangan bawa arak, bawa saja limun soda
Kita minum hingga fajar tiba
Mari kemari kawan kita berpesta
Jangan cemas kenduri belum usai
Mari bercengkrama tukar kata tentang kita sambil tunggu
Maidun lelo teriak manja
Tanda Raja tiba usailah semua derita

(Bogor, 22 Mei 2018)

Nasihat Ninik Mamak
Oleh Neneng Hendriyani

Bila esok senja kau dapati
Usah pergi ke luar negeri
Cukup datang lima kali sehari
ke sini ke ujung Subayang ini

Bila esok senja kau dapati
Jangan tunggu malam menyelimuti
Datanglah ke Gunung Sahilan cepat
Pukul rebana jabat tanganku erat
Mandi balimau bakasai kita nanti
Bersama raja, handai taulan Kampar Kiri
Lalu senyum bolehlah pergi ikut mentari

(Bogor, 22 Mei 2018)

Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMK N 1 Cibinong Kab Bogor sekaligus Alumni Peserta Kemah Sastra Nasional 2018 di Desa Adat Kemiren Banyuwangi pada tanggal 28-29 April 2018. Karya sastranya antara lain Antologi Seri Puisi: Menghidupkan Ruh Dewi Sartika Dalam Jiwa Para Guru (2017), Janji Firly (2017), Kumpulan Puisi Setangkup Rindu Dari Masa Lalu (2018), Antologi Puisi: Senyuman Lembah Ijen (2018).

PELITA DI MATA PELANGI

Ini adalah buku antologi yang berisi kumpulan cerita fiksi mini. Buku ini ditulis oleh guru yang menjadi anggota Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ). Ada 43 guru yang telah mengirimkan karyanya di buku ini, termasuk aku. Untuk buku ini aku menulis dua judul; SEBUAH PESAN (halaman 117 – 120), dan DI TENGAH MALAM (halaman 121-122).

Khusus untuk buku antologi ini aku memang menulis dengan genre yang sedikit berbeda dari biasanya. Yaitu horror. Berikut isi tulisanku yang bisa ditemukan pada buku dengan ISBN 978-623-7080-10-7.

SEBUAH PESAN
Oleh: Neneng Hendriyani

Aku enggan menatapnya saat berlalu di ruang tengah. Dengan tergesa ku segera menutup pintu. Saat memutar kran hatiku berbisik. “Ada siapa itu di sana?”. Ah, lagi-lagi aku sulit konsentrasi bila terganggu seperti ini. Gemetaran tanganku membasuh wajah sambil komat kamit. “Duh, jangan perlihatkan wajahnya, ya Gusti. Aku takut”.
Segera langkahku dipercepat saat melintasi ruang yang sama. Tak bisa dipungkiri bulu kuduk berdiri semua. “Alamak! Dia ada di situ. Ada apa, ya?”. Diam-diam pikiranku melayang ke sebuah rumah papan di pojok kampung. Sebuah rumah yang nyaris roboh beberapa Minggu lalu. “Ah, itu rupanya yang hendak ia sampaikan”.
Aku tak tahu apa yang kulakukan. Jangan tanya padaku bagaimana aku bisa melihatnya. Aku tak bisa menjelaskannya padamu. Yang jelas aku berada di sana di tengah pohon bambu. Aku bergidik ngeri saat melihatnya menjulurkan lidah dan kedua matanya melotot ke arahku. “ Ya, Tuhan!”. Segera kututup mulutku dan pergi meninggalkannya tetap tergantung di sana. Hatiku trenyuh. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan itu terhadap dirinya sendiri. Aku masih ingat beberapa hari lalu ia menghubungiku di messenger. Tak banyak yang kami bicarakan. Hanya sedikit persoalan tentang silang sengketa tanah yang melibatkan banyak pihak saja yang kami bahas. Ia bertanya tentang segala kemungkinan yang akan terjadi bila tanah waris itu belum juga dibagikan hingga batas temponya berakhir sesuai dengan amanat sang kakek. Sayang sekali sebelum aku menjawabnya ia sulit dihubungi.
Perempuan itu masih terlalu muda sebenarnya. Namun inilah hidup. Tak ada muda dan tua. Tak ada miskin dan kaya. Semua menjalani suratan takdirnya. Sempat ku telisik warna bajunya sebelum pergi. Ya, masih sama seperti hari dimana kami pertama bertemu. Warna yang begitu mencolok; begitu kampungan menurut pamanku. Dulu aku tak sepakat dengan pendapatnya. Kini, aku harus menyetujui pendapat pamanku. Warna baju kesukaannya memang kampungan. Begitu mencolok di antara warna dedaunan dan kulit bambu sekarang. Ada bagusnya, sih. Ini akan memudahkan siapa pun untuk mengenalinya esok pagi. Sehingga sebelum zuhur ia sudah bisa dikebumikan.
Antara sadar dan tidak, ku raih smartphone yang terletak di atas meja rias segera setelah mengucapkan salam ke kanan dan kiri. Masih terlalu dini sebenarnya untuk mengganggu tidurnya malam ini. Namun ini harus tetap dilakukan sebelum semuanya terlambat. Aku tak ingin perempuan itu ditemukan lebih dahulu oleh para pencari kayu esok pagi. Akhirnya setelah lama mencoba aku bisa berbicara dengannya. “Waktunya telah tiba, Lik. Tabahkan hatimu. Apa yang kita tanam itulah yang kita petik. Jemput ia di ujung kebun bambu kampung sebelah. Bawalah dua orang dewasa bersamamu ya, Lik. Bersabarlah dengan segalanya. Jangan berbuat apa pun sebelum aku datang, okay. So, suruh Anto menjemputku di bandara siang ini.”

_karadenan, 16 Oktober 2018_

DI TENGAH MALAM
Oleh:
Neneng Hendriyani

Di tengah guyuran gerimis ia berlari dan terus berlari. Bayangan wajah si bungsu terus saja memenuhi rongga matanya seolah memanggilnya pulang dan memaksanya terus berlari menjauhi rumah Nenek Darmi. Ia semakin mempercepat larinya. Terseok-seok sampai jua ia dirumah. Dengan basah kuyup ia langsung berlari ke kamar anak-anaknya. Dipeluk cium nya keempat buah hatinya bergantian. Air mata deras mengalir di pipinya yang masih ranum. Ia sungguh takut kehilangan mereka.
Ini adalah malam ketiga ia begadang. Ia berharap semua masalah ini segera selesai. Ia semakin tersiksa.
Jauh berkilo-kilometer dari tempatnya berbaring, ayahnya sedang berjuang melawan maut. Sejak kapan pastinya ayahnya sakit ia pun tak tahu. Kabar sakitnya pun diterimanya melalui handphone seminggu yang lalu. Ibunya sendiri yang memanggilnya untuk datang di tengah malam buta saat si ayah semakin kritis.
Ya, malam itu jarum jam baru menunjukkan pukul tujuh. Anaknya yang masih bayi baru tertidur pulas di gendongan sang ayah. Laptop pun baru saja dinyalakannya. Ia berencana menyelesaikan tugas kantornya yang biasa ia bawa pulang. Tiba-tiba hand-phonenya berdering. Lantunan fur elise karya Bethoven mulai terdengar semakin panjang. Segera ia meraih hand-phonenya yang diletakkannya sembarangan di atas kulkas.
“Wi, cepat pulang kerumah. Bapakmu sakit,” cerocos ibunya saat ia baru saja mengucapkan salam. Sebuah kebiasaan buruk yang tidak pernah bisa hilang dari ibunya, to the point tanpa melihat sikon.
“Ono opo tokh, bu?, iki wis wengi. Kasian anakku masih bayi dibawa keluar malam-malam”, tolaknya halus.
Di keluarga ibunya ada semacam pantangan keluar malam-malam. Nanti kena mala katanya. Apa itu mala, hingga kini Wiwi tak pernah tahu. Dulu ia mengira ibunya selalu mengatakan itu hanya untuk mencegahnya keluar malam minggu dengan pacarnya.
“Kamu ini kalau disuruh orang tua selalu saja menolak. Dasar anak tak tahu untung. Tak tahu sopan santun,” bentak ibunya. Ah, pengang rasanya telinga kalau sudah mendengar bentakan ibunya. Ciut hatinya seketika. Rasa hormat selalu kalah dengan ketakutannya.

BIODATA PENULIS

Neneng Hendriyani, M.Pd lahir di Bogor 09 Agustus 1982. Guru Bahasa Inggris di SMKN 1 Cibinong sekaligus penulis buku ini mencintai dunia sastra. Karya sastra yang telah diterbitkannya Antologi Puisi: Bogorku, Bogormu, Bogor Kita (2017), Antologi Kisah Guru Inspiratif: Jangan Berhenti Mengajar (2017), Antologi Seri Puisi: Menghidupkan Ruh Dewi Sartika Dalam Jiwa Para Guru (2017), Kumpulan Puisi Bogor (2017), Janji Firly (2017), Kumpulan Puisi Setangkup Rindu Dari Masa Lalu (2018), Antologi Puisi: Senyuman Lembah Ijen (2018), Antologi Puisi: Kunanti Di Kampar Kiri (2018), Antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia (2018), Antologi Puisi: Ilalang Di Atas Batu (Google Play Store, 2018). Untuk korespondensi sila hubungi WA: 085715773482, e-mail: nenghendri53@gmail.com.

MEMANFAATKAN LIBURAN DENGAN MEMBACA MELALUI BINGO

MEMANFAATKAN LIBURAN DENGAN MEMBACA MELALUI BINGO
Oleh: Neneng Hendriyani

Setelah pemberian Laporan Hasil Pembelajaran semester ganjil dan genap seluruh siswa belajar di rumah (baca: liburan). Saat-saat itulah mereka bebas dan merdeka melakukan apa pun yang mereka sukai, kapan pun dan di mana pun. Berbagai hal tersebut mereka lakukan sendiri dan bersama keluarga. Selain mengunjungi tempat wisata, mereka pun mengunjungi sanak saudara yang tinggal di luar kota. Pendek kata mayoritas dari mereka mengisi liburannya dengan kegiatan rekreatif. Hanya sedikit yang bersifat edukatif. Nah di sinilah guru sebenarnya dapat mengambil peran edukatif dengan cara yang menyenangkan. Yaitu memberikan tugas membaca dengan memberikan tantangan Bingo.

Bingo adalah sebuah permainan peluang yang terkenal di Amerika Serikat. Di sana permainan ini dimainkan oleh lebih dari satu orang. Setiap pemain diberikan tantangan tertentu sesuai dengan angka yang dipilihnya. Bila ia berhasil menyusun sejumlah angka yang berderet secara horizontal, vertikal ataupun diagonal maka ia berteriak “BINGO”.

Dengan mengadopsi dan mengembangkan permainan Bingo dalam memberikan tugas membaca kepada siswa maka siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan dengan senang hati tanpa adanya rasa dibebani. Hal ini disebabkan model yang digunakan adalah permainan. Di dalam permainan ini mereka dapat memilih sendiri jenis bacaan apa yang akan mereka baca pada hari pertama, kedua, dan seterusnya. Guru hanya perlu membuat sebuah papan sederhana yang berisi kotak-kotak angka 1 hingga 14. Di setiap kotak diisi jenis bacaan yang harus dibaca siswa di waktu liburan. Jenis bacaan yang ditulis di dalam kotak disusun sedemikian rupa agar menantang siswa. Jenis bacaan tersebut di antaranya adalah membaca buku biografi, sejarah, puisi, majalah remaja, surat kabar daerah, surat kabar nasional, novel remaja, novel petualangan, cerpen, cerbung, majalah wanita, majalah kesehatan, majalah film, dan majalah musik. Untuk menjaga mood siswa dan semangatnya ada baiknya guru menyisipkan hadiah kecil di dalam salah satu kotak angka. Hadiahnya bisa berupa jeda membaca untuk satu hari.

Dari pengalaman penulis, untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk membaca apa pun yang mereka sukai dari jenis bacaan yang telah ditentukan di dalam kotak-kotak angka. Dengan memberikan kebebasan ini mereka akan belajar menyukai kegiatan edukatif ini. Mereka bisa bersenang-senang sambil mendapatkan ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dan cakrawala berpikir mereka. Dengan membaca salah satu artikel di majalah kesehatan misalnya mereka jadi sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Selain itu mereka pun mengetahui bagaimana mencegah sekaligus mengobati penyakit yang dibacanya. Dengan membaca cerpen dan cerbung mereka belajar tentang berbagai hal yang membangun cerita tersebut. Tanpa disadari mereka belajar perbedaan keduanya. Membaca novel remaja dan petualangan dapat membuat mereka mengembangkan fantasi dan kemampuan bahasanya. Pendek kata, mereka mendapatkan banyak hal yang sangat bermanfaat bagi diri mereka sendiri dengan membaca berbagai jenis bacaan yang berbeda-beda setiap harinya.
Untuk mengecek keaktifan mereka dalam memainkan permainan Bingo ini guru dapat meminta siswa membuat laporan sederhana yang berbentuk resume. Seluruh bacaan yang mereka baca pada hari pertama hingga hari keempat belas ditulis dalam lembar resume terpisah. Resume-resume ini berisi tentang identitas bacaan dan isinya. Mintalah mereka menuliskan juga mengenai perasaan dan pendapat mereka setelah membacanya. Ini penting sekali untuk mewaspadai kecurangan yang mungkin dilakukan oleh siswa yang kurang disiplin dan bertanggung jawab dalam melakukannya. Dengan demikian mereka pun belajar disiplin, jujur dan bertanggung jawab.

Esai di atas adalah karyaku yang dimuat di buku antologi “1001 CARA MEMBUAT GURU-SISWA SUKA BACA” (ISBN 978-602-53933-5-8) pada halaman 99-105. Buku ini lahir berkat usaha nyata dari seluruh anggota SGSI Kelas Menulis Antologi Pendidikan yang diselenggarakan melalui Telegram pada tahun 2019.