MODUL PROJEK REKAYASA BERTEKNOLOGI SMA

Modul Projek P5 disusun bersama-sama oleh Tim yang ditunjuk oleh Komite Pembelajaran dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Mereka ditunjuk berdasarkan kelas yang diajar dan mata pelajaran yang diampu. Untuk tema Gaya Hidup Berkelanjutan, guru yang menyusun modul projek adalah guru mata pelajaran IPA seperti Fisika, Kimia, Biologi. Ada juga guru mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika. Untuk tema Suara Demokrasi disusun oleh guru mata pelajaran PPKN, Sejarah, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll. Sementara untuk tema Bangun Jiwa dan Raganya disusun oleh guru Penjas, sejarah, BK, dll. Dan, untuk tema teknologi dan rekayasa disusun oleh guru Bahasa Inggris, Matematika, dan Bahasa Indonesia.

Projek P5 dilaksanakan selama 12 JP setiap minggu dengan tujuan mengajarkan, melatih dan membudayakan dimensi Profil Pelajar Pancasila pada siswa sehingga menjadi karakter di dalam hidupnya. Oleh sebab itu untuk merealisakannya maka Pelaksanaan Projek P5 di SMAN 4 Cibinong pada tahun pelajaran 2023-2024 adalah sebagai berikut.

Tingkat X:

  1. Gaya Hidup Berkelanjutan (Juli-September) dengan fokus pada pengolahan sampah organik dan anorganik;
  2. Suara Demokrasi (September-Desember) dengan fokus pada proses dan alur demokrasi Pemilihan Ketua OSIS & MPPK;
  3. Kewirausahaan (Januari-Maret) dengan fokus pada penyusunan Proposal Usaha, Produk, Strategi Pemasaran Produk.

Tingkat XI:

  1. Rekayasa dan Teknologi (Juli-September) dengan fokus pada pemecahan masalah yang ada di lingkungan sekolah dengan mendesain dan  membuat alat yang dapat membantu siswa belajar nyaman dan aman;
  2. Suara Demokrasi (September-Desember) dengan fokus pada proses dan alur demokrasi Pemilihan Ketua OSIS & MPPK;
  3. Bangun Jiwa dan Raganya (Januari-Maret) dengan fokus pada pemahaman, pencegahan perundungan baik digital maupun non digital.

Berikut ini contoh modul yang digunakan. modul projek tema teknologi dan rekayasa Semoga bermanfaat.

Praktik Menulis Procedural Text Dengan Memasukkan P5 Dalam Bentuk Infografis

pdf_20220923_181405_0000

 

Mengajar bahasa Inggris terutama untuk procedural text sebenarnya sangat mudah sekali. Guru hanya perlu menjelaskan generic structure dari procedural text, language features yang digunakan dalam menyusun procedural teks, dan juga memberikan contoh prosedural text untuk manual, tips, resep masakan, dan lain sebagainya. Setelah itu barulah siswa dikelompokkan kira-kira 5 sampai 6 untuk mengerjakan Project yang berkaitan dengan P5 ( Project profil pengenalan pelajar Pancasila). Berikanlah tema yang berkaitan dengan P5 untuk membuat procedural text secara kelompok. Tema gaya hidup berkelanjutan adalah contoh tema yang bisa dipilih untuk mengerjakan tugas kelompok procedural text. Guru hanya perlu memberikan aturan bagaimana membuat procedural text yang baik dan benar dan memberikan instruksi yang jelas mengenai produk apa yang akan dibuat dan dari jenis bahan apa saja.

Sebagai contoh, untuk tema gaya hidup berkelanjutan siswa dapat diberikan tugas membuat produk kerajinan tangan (dekorasi ruang kelas dekorasi meja, dekorasi pintu dekorasi ruang belajar, dekorasi ruang makan, dan lain-lain) berikan batasan yang jelas kepada siswa bahwa seluruh produk kerajinan tangan tersebut dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan atau barang bekas yang ada di sekitarnya. Hal ini selain sebagai praktik nyata menjaga lingkungan hidup juga untuk menanamkan pengalaman berharga dan pembelajaran bermakna bahwa siswa dapat menciptakan suatu produk yang memiliki nilai seni sekaligus nilai jual yang tinggi.

Untuk mendapatkan hasil maksimal guru perlu memberikan waktu yang cukup agar siswa dapat berdiskusi dengan anggota kelompoknya, mengumpulkan bahan dan alat yang dibutuhkan, dan membuat produk yang mereka putuskan bersama dengan baik. Seluruh rangkaian pekerjaan tersebut didokumentasikan dengan baik dalam bentuk laporan tertulis. Selain itu penilaian pun bisa diambil dalam bentuk presentasi kelompok di mana siswa mempresentasikan cara membuat produk tersebut dengan menggunakan procedural text.

Presentasi kelompok tersebut dapat menggunakan infografis Mengapa harus dalam bentuk infografis? Karena procedural text lebih mudah dibuat dalam bentuk infografis. Selain itu dengan menggunakan template infografis siswa juga dapat menuangkan ide-ide kreatifnya mengenai produk yang dibuat dan dikerjakannya bersama-sama. Dengan demikian hasil yang diperoleh menjadi lebih menarik.

Membuat infografis untuk procedural text juga memungkinkan siswa untuk belajar tidak hanya bahasa Inggris saja. Namun juga mereka dapat mempraktekkan pelajaran lain seperti misalnya seni. Sehingga mereka menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk melaksanakan dan mengerjakan tugas tersebut dengan baik.

 

 

(Bogor 27 September 2022)

Hidup Kembali (Part 1)

“Lahir kembali” sepertinya kok gimana, gitu ya? Apa iya orang hidup bisa lahir kembali? Bagaimana bisa?

Dalam berbagai pandangan agama mana pun sepertinya tak ada ajaran atau paham yang mengatakan bahwa seseorang bisa lahir kembali, terlebih bila yang bersangkutan masih hidup. Hanya agama Hindu dan Budha yang mengenal kelahiran kembali alias reinkarnasi. Itu pun setelah mengalami kematian fisik. Sementara yang dibahas di buku ini adalah kelahiran kembali sebuah jiwa dalam keadaan masih bernapas.

Untuk memahaminya jangan menggunakan bahasa yang sulit, ya. Bagi sebagian orang, kehadiran suatu hal yang begitu mengejutkan bisa menjadi alasannya untuk kembali hidup setelah kehilangan hidup itu sendiri. Bagi sebagiannya lagi justeru sebaliknya. Kehadiran suatu hal malah bisa membuatnya mati dalam hidup. Ia hidup, bernapas, makan, dan minum namun tidak lagi merasakan kenikmatan, kesenangan, dan harapan dalam hidup yang dijalaninya. Ia merasa sudah mati dalam hidupnya. Hari-hari yang dilaluinya hanyalah sekadar mengisi waktu saja. Seringkali orang itu tidak melakukan apapun yang membuat harinya lebih bermakna.

Bagi orang yang lama kehilangan semangat hidup dan membiarkan waktunya berlalu begitu saja bisa tiba-tiba begitu bergairah menghadapi hidup. Inilah yang dinamakan hidup kembali.

Sampai sini paham, kan? Jadi pengertian hidup kembali bukanlah menempati tubuh baru dengan nama baru tetapi lebih kepada pemahaman dan kesiapannya menghadapi kehidupannya setelah peristiwa besar yang membuatnya bagai mayat hidup.

Seperti yang kita ketahui hidup tak selamanya indah dan mudah, berjalan sesuai harapan dan mau kita. Hidup selalu memberikan kejutan di setiap harinya. Ada tawa dan air mata yang saling memilin kisah kita sebagai penghuni dunia yang fana. Kekuatan fisik, mental dan hati seringkali menjadi penentu apakah kita berhasil melalui semua kisah tersebut dengan baik. Tidak semua orang bisa melaluinya dengan lancar dan penuh kerelaan. Banyak yang menolak diam-diam dan kemudian terjebak di lingkaran nestapa. Itulah hidup. Hidup yang mau tak mau harus diterima dan dijalani sebisa kita.

Seperti aku yang juga sama denganmu. Berharap di semua waktu bisa menikmati gelak tawa tanpa adanya banjir air mata yang membuat jiwa merana. Namun siapa lah aku. Hanya seorang hamba yang nasibnya sudah ditetapkan jauh sebelum lahir.

Tak pernah diduga sebelumnya bila benjolan kecil sebesar bulir padi itu lambat laun membesar, bergerak, dan hidup di jaringan tubuh setelah bertahun-tahun lamanya. Aku yang dibesarkan secara sederhana di lingkungan keluarga yang takut dokter tak pernah menduga akan menghabiskan banyak masa muda, waktu, dan harta untuk bisa menghirup udara segar tanpa tekanan dan siksaan.

Ya, peristiwa menakutkan itu terjadi persis ketika aku baru saja melahirkan anak pertama. Perasaan lemas, lelah, letih, lesu, lunglai, letoy, dan loyo menderaku dengan hebatnya hingga aku tak mampu menggerakkan tubuhku sendiri. Setiap hari aku hanya mampu menghabiskan waktu 1 jam untuk bisa beraktivitas. Itu pun segera setelah bangun tidur. Setelah selesai mandi dan berjemur dengan orok aku sudah limbung.

Sepanjang hari aku hanya tidur-tiduran saja di samping orok yang belum bisa membuka matanya. Untuk bangun memperbaiki posisi tubuh pun rasanya susah. Apalagi bila harus ke toilet dan lainnya. Sudah pasti harus dipapah orang rumah.

Empat puluh hari kemudian aku ke RS PMI Bogor. Setelah pemeriksaan intensif dokter pun memutuskan untuk melakukan operasi pembedahan di bagian payudara kanan. Jantungku kaget bukan kepalang mendengarnya. Mataku melotot saking tak percaya. Lutut pun gemetar hebat. Tuhan, cobaan apa ini?

Kutatap bayi mungil dalam gendongan. Berbagai pikiran buruk menyerangku tiba-tiba. Dokter itu terus saja memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai penyakit yang kuderita. Aku sudah tak konsentrasi dengan apa yang dibicarakannya. Aku membayangkan bagaimana si kecil menyusu nanti. Aku bingung, sedih, takut, juga malu.

Sebagai pasangan muda tentulah seks adalah aktivitas yang tak hanya melibatkan persatuan tubuh tetapi juga perasaan. Bagaimana bisa melakukan pelayanan prima bila aku sendiri merasa tak percaya diri dengan kondisi fisikku sendiri. Mungkin suami tak keberatan dengan hal itu. Tetapi aku? Tidak! Tak mungkin. Batinku menolak keras.

Dengan mata memelas kuminta jeda untuk berpikir. Dokter itu memandangku tanpa perasaan. Mungkin saking banyaknya pasien yang seperti diriku. Menolak operasi karena takut dan cemas. Ya, takut dan cemas akan sesuatu yang tak jelas.

“Terserah, Ibu. Saya hanya menyampaikan apa yang harus disampaikan sebagai dokter. Keputusan akhir tetap di tangan ibu dan keluarga. Namun demikian pikirkan baik-baik bila suatu hari payudara ibu seperti ini maka keadaan sudah memburuk dan sulit untuk diobati.” Katanya sambil menunjukkan gambar sebuah payudara yang sudah bernanah dan bolong. Aku makin ketakutan. Nyaliku hilang entah ke mana. Aku mencoba mencari kekuatan dengan mengeratkan pelukanku pada sang bayi. Nihil. Aku makin lemas.

Dengan sayu kutinggalkan dokter seorang diri. Di bawah lampu neon aku duduk dan berpikir keras. Aku tak mau mati. Aku juga tak mau dioperasi. Aku takut gagal. Bagaimana bila aku “lewat” di meja operasi? Bagaimana nasib Viviku yang baru 40 hari ini? Oh, Tuhan Yang Mahakuasa berikan pertolonganMu. Bisikku lirih penuh harapan.

Kupandangi lagi hasil rontgen, mamograf, dan sebundel dokumen kesehatan lainnya di samping kursi yang kududuki. Mataku basah lagi. Tiba-tiba sebuah usapan hangat menyentuh kepalaku. Sontak aku mendongak. Wajahnya teduh dengan senyum manis menyapaku. “Jangan takut. Kita akan berusaha yang terbaik. Dede pasti sembuh. Yuk, ke dalam lagi.” Bujuknya. Aku menggeleng kuat-kuat.

Hari itu sepulang dari rumah sakit aku mulai mencatat kronologis penyakit ini. Aku.mencoba mengingat-ingat kapan awal penyakit ini datang dan berkembang biak. Ternyata itu lama sekali kejadiannya. Ya, jauh sebelum aku menikah. Bahkan, jauh sebelum aku lulus kuliah.

Sore itu aku pulang sekolah seperti biasa dengan teman-teman. Sesampainya di rumah aku memburu ibuku yang sedang asyik menonton TV. “Ma, kalau ada benjolan itu normal ga, sih?” Tanyaku. “Eh, tanya apa? Ganti baju dulu sana. Mandi dulu. Bau.” Jawabnya. Aku menurut. Setelah mandi dan mengganti baju aku kembali menanyakan hal yang sama. Dan, ibuku menjawab tidak tahu. Itulah hari pertama aku menyadari ada yang berbeda dengan payudaraku yang baru tumbuh.

Hari-hari berikutnya kulalui dengan biasa. Artinya semua aktivitas normal dilakukan tanpa ada gangguan yang berarti. Demam sedikit ya wajarlah. Mungkin kecapaian karena sekolahnya siang hari dan baru sampai rumah jam lima sore. Aku tak pernah curiga tentang perkembangan benjolan itu yang sebenarnya mulai tumbuh subur di dada kanan.

 

(Bersambung)

(Gedung Tegar Beriman, 10 November 2021; sambil menunggu panggilan donor darah memperingati HUT PGRI ke 76, KORPRI ke 50, HGN 2021)

Administrasi Pembelajaran Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI SMA

Sebenarnya mengajar dan menyiapkan administrasi perangkat pembelajaran adalah hal yang tidak bisa dipisahkan karena saling terkait satu sama lain. Bagaimana mungkin seorang guru bisa mengajar bila ia tidak membuat administrasi perangkat pembelajaran sebelumnya. Namun, karena satu dan lain hal ada guru yang tidak memiliki waktu khusus untuk merancang administrasi perangkat pembelajarannya sebelum masuk kelas. Untuk itulah dengan semangat berbagi aku upload semua administrasi perangkat pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI yang kugunakan pada tahun pelajaran 2021/2022 di sini. Semoga bermanfaat, ya.

Silabus Pembelajaran Kelas XI Bahasa Inggris Peminatan SMA

[2] Silabus Pembelajaran

Program Tahunan Bahasa Inggris Peminatan kelas XI SMA

prota

RPP Inspiratif (1 lembar) POEM Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI SMA

rpp poem

RPP Inspiratif (1 lembar) Narrative Text Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI SMA

rpp narrative

RPP Inspiratif (1 lembar) Song Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI SMA

rpp lagu song

RPP Inspiratif (1 lembar) hortatory text Bahasa Inggris Peminatan Kelas XI SMA

rpp hortatory

KI/ KD Bahasa Inggris Peminatan Kondisi Khusus

Bahasa Inggris (Peminatan) XI

Catatan Seorang Penyintas Covid19

Oleh: Neneng Hendriyani

Senin, 12 Juli 2021 pukul 09 WIB aku dikejutkan oleh hasil Tes Swab Antigen putri pertamaku, Hapiah Wardah (15 tahun). Gadis manis berkulit hitam, berambut tebal yang tidak mengeluh apa pun itu ternyata positif. What?! Aku langsung meraba dahiku. Masih panas. Pun kedua telapak tanganku yang masih berasa basah dan dingin. Aku menatap wajah petugas di hadapanku. Nanar. “Tolong periksa saya juga”. Perintahku. Dia mengangguk lantas meminta kartu identitas penduduk dan memintaku duduk kembali.

Rasanya begitu lama sekali menunggu dokter di dalam ruangan bercat putih itu memanggil namaku. Aku masih sempat mengetik pesan singkat ke suami, adik, dan ibuku. Aku ingat suamiku sedang tidak enak badan dan memaksakan diri berangkat ke sekolah karena hari itu ada beberapa agenda rapat terbatas. Aku memintanya langsung datang ke lokasi di mana aku berada. Sementara adikku yang memang sangat dekat dengan putriku itu kaget. Meskipun posisinya masih WFO dia masih sempat memberikan beberapa nasihat yang intinya menenangkan diriku. Ibu yang tinggal beberapa bulan lagi pensiun pun sama. Mereka berdua tahu benar aku penderita asma sejak lahir. Bahkan seluruh anakku pun lahir di tengah serangan asma yang aku derita. Sejak bayi hingga usia lima tahun mereka semua langganan klinik lantaran asmanya kumat.

Saat namaku dipanggil aku bergegas masuk. Kupandangi sosok tinggi besar di depanku dengan seksama. Seorang dokter muda yang kutaksir baru berusia tiga puluh tahun itu menyapa ramah. Aku duduk dan memintanya membantuku. Aku tahu ini cuma basa basi. Namun bagiku ini sangat penting. Aku nyaman dengan sikapnya yang ramah. Itu sangat membantu ketenangan jiwaku. Sedapat mungkin aku berusaha tidak panik. Bila sampai panik maka asma pasti kumat. Itu bisa fatal.

Tak lama dengan wajah masih merah, sepasang mata yang sedikit berair itu sampai juga di lokasi tepat beberapa menit aku keluar ruangan dokter Fadel. Aku meminta kartu indentitas dan mendaftarkannya. Beruntung dia masih mendapatkan kesempatan. Beberapa orang laki-laki dewasa yang datang setengah berlari setelahnya ditolak petugas karena swab antigen kitnya habis. Waktu itu baru pukul sepuluh tiga puluh. Aku terhenyak. Astaga bagaimana ini. Aku mulai berpikir. Di rumah masih ada empat anak yang belum diperiksa dan aku mengkhawatirkan kondisi mereka.

Ketika petugas menunjukkan hasil swabku tadi aku hanya tersenyum. Aku sudah tahu jauh sebelum dokter muda itu memeriksaku. Aku tahu aku pasti positif setelah melihat hasil anakku. Aku hanya membutuhkan selembar surat keterangannya untuk keperluan dinas.

Otak bawah sadarku paham bila anak yang tanpa gejala itu saja bisa positif apalagi aku yang memang sedang melawan demam dan linu sejak empat hari sebelumnya. Kami tinggal serumah. Melakukan banyak aktivitas bersama-sama. Jadi tidak mungkin aku negatif sendirian, kan. Pun ketika hasil swab suami positif aku masih bisa tersenyum. Meskipun kebingungan karena yang lain belum diperiksa aku masih bisa berpikir panjang. Mungkin itu naluri seorang ibu.

Suami dan putriku pulang bersama-sama naik mobil yang dikendarai suami saat ke kantor tadi pagi. Sementara aku yang memang memilih membawa Vario hitam melaju di belakangnya perlahan.

Aku berhenti di kios kelapa. Tanpa pikir panjang kuborong semua stok kelapa hijau yang ada. Kubilang untuk obat dan meminta penjualnya untuk agak menjauh dariku karena aku positif. Dia mengangguk dan membantuku menaruh semua kelapa itu di motor. Setelah membayar harga yang sempat didiskon aku langsung mencari ATM terdekat. Dalam pikiranku aku harus bersiap melaksanakan ISOMAN sekeluarga. Itu berarti aku tidak bisa keluar rumah lagi untuk belanja kebutuhan makan sehari-hari. Maka aku harus menitipkan sejumlah uang untuk memenuhi semua kebutuhan selama ISOMAN berlangsung.

Sepanjang jalan pulang dilalah ATM kosong. Kuberanikan diri menuju ALFAMART terakhir di sepanjang jalur pulang. Beruntung di sana ATM masih bisa berfungsi normal. Setelah tiga kali gagal transaksi akhirnya aku bisa bernapas lega. Adikku siap membantu dengan bekal lima juta rupiah yang kutransfer ke rekeningnya. Segera dia memesan semua obat herbal yang dibutuhkan oleh kami sekeluarga; Madu Qusthul Hindi, Oximeter, Serbuk dan kapsul Qusth, Imboost, Obat demam, Vermint, berbagai varian rasa Nutrijel, bahan-bahan kue, buah-buahan, dan lainnya. Ini mungkin berlebihan. Namun aku yang memintanya mengirimkan semua itu dengan Gojek. Aku berharap anak-anak tetap bisa ceria meskipun harus dikurung di rumah selama dua minggu karena penyakit tak diundang ini. Dengan semua perbekalan yang dikirim tersebut mereka masih bisa beraktivitas normal di dapur berkreasi macam-macam kesukaan yang biasa mereka nikmati.

Aku pun masih sempat pulang membawa stok diaper, susu pelancar ASI, roti dan cemilan kecil sebelum akhirnya dihubungi pengurus lingkungan.

Sesampainya di rumah barulah drama ISOMAN dimulai secara resmi. Dengan bantuan pengurus RT aku berhasil memeriksakan kondisi keempat anak. Tentu saja semua biaya dibebankan kepadaku. Aku tidak mengeluh. Sudah beruntung masih ada tenaga kesehatan yang mau melayani datang ke rumah yang sudah jelas penghuninya menderita Covid19. Aku sangat berterima kasih meskipun harus membayar lebih mahal daripada tarif resmi dan tanpa mendapatkan surat keterangan.

Hasil pemeriksaan keempat anak tersebut benar-benar sesuai dugaanku. Anak laki-laki pertamaku selamat. Abang (12 tahun) yang memang hobi makan dan main itu negatif. Selama tiga hari berturut-turut padahal dia mengalami diare. Luar biasa. Sementara adiknya yang baru naik kelas empat itu positif. Tidak aneh. Saat aku mengalami demam tinggi dia pun demam dan mimisan. Kondisi fisiknya memang lebih lemah dari abangnya. Anak pengais bungsu ( usia 5 tahun) pun dinyatakan negatif. Aku bersyukur sekali. Alhamdulillah. Panji yang baru direncanakan daftar TK tahun ini benar-benar negatif. Bahkan saturasinya pun paling bagus, 115. Sayang, keberuntungan ini tidak dimiliki si kecil, Lily. Bayiku yang belum genap dua tahun itu terpaksa dites dua kali karena petugas ragu. Hasilnya positif. Aku lemas. Napasku sesak. Masih sempat kuberdoa dalam hati, Tuhan, selamatkan kami.

Tepat pukul 13.00 WIB kami resmi memulai ISOMAN hari pertama dengan kondisi dan keluhan berbeda-beda dari seisi rumah. Lima orang yang dinyatakan positif semua kukumpulkan di tengah rumah. Aku bilang bahwa ini bukan akhir dari hidup. Di luar sana banyak penyintas yang berhasil keluar dari masalah ini dan kembali sehat. Mereka menatapku. Ada rasa takut, cemas, dan lain-lain yang kutangkap dari mata anak-anak yang belum paham apa-apa itu. Aku menghela napas. Aku menolak mengungsikan kedua anak yang negatif ke rumah kerabat. Bukan apa-apa. Kedua orangtuaku sendiri kormobid. Ayahku penderita jantung. Ibuku asma. Adikku pun penderita kista dan miom. Hanya adik laki-lakiku yang sehat wal afiat. Keluarga mertuaku pun tidak mungkin menerimanya. Mereka sendiri sedang sibuk mengurus keponakan suami yang belum sembuh dari sakitnya. Ditambah lagi mereka harus menyiapkan acara pernikahannya yang tinggal menunggu hari. Beruntung pengurus RT mendukung keputusanku. Ini pun dilatarbelakangi oleh kejadian yang menimpa tetanggaku. Dari tujuh anggota keluarga ada dua juga yang negatif dan mereka dikirim ke rumah nenek kakeknya di Depok. Dua hari setelah berada di sana salah satu dinyatakan positif dan kakek nenek pun ikut positif.

Setelah didampingi dokter yang ditunjuk oleh tim Satgas setempat aku membuat laporan melalui pesan singkat ke kantor. Sebuah pertanyaan yang diajukan atasanku membuatku kaget. “Bukankah ibu sedang WFH, di rumah, kok bisa kena ya?”

Aku diam. Tak bisa menjawab secara pasti. Bagaimana mungkin aku yang sudah divaksin dua kali ini bisa terpapar virus jahat tersebut. Dengan bantuan adikku aku mencoba mengingat kembali perjalanan beberapa hari ke belakang. Terakhir aku aktif ke sekolah  adalah dua hari sebelum pembagian rapot kenaikan kelas. Saat itu kondisi tubuh fit. Aku pulang pukul lima sore dari sekolah. Selama di rumah aku hanya pergi ke warung sayur mayur yang berlokasi di kompleks perumahan di mana aku tinggal. Itu pun hanya dua hari sekali. Seminggu sekali aku pergi ke Indomaret untuk membeli kebutuhan susu dan menarik uang tunai. Dua minggu sekali aku mengirim paket ke JNE yang berada di sebelah Indomaret. Begitu aktivitas rutin yang kujalani selama WFH dan menjelang PPKM.

Satu-satunya kejadian di mana aku bertemu orang dalam jumlah banyak lebih dari biasanya hanyalah saat aku melayat rekan kerjaku yang meninggal karena serangan jantung. Rumah kami masih satu kompleks. Aku sempat bersalaman dengan sang istri. Setelah itu berjabat tangan dengan mantan atasanku yang kebetulan hadir di masjid kompleks. Aku tidak ikut ke pemakaman dan memilih mengobrol sebentar dengan salah satu alumni terbaik yang kuajar dan kudampingi penuh selama dua tahun sebagai wali kelasnya. Kami berdiri dengan jarak 1,5 meter dan masing-masing tetap menggunakan masker.

Suamiku memang ikut mengantarkan ke pemakaman sore itu. Dibonceng salah satu siswanya dia ikut ke Sindang Barang, Bogor. Pulang seperti biasa langsung membersihkan tubuh dan semua baik-baik saja. Selama seminggu kemudian dia tetap beraktivitas seperti biasa tanpa keluhan apa pun. Begitu pula anggota keluarga lainnya.

Hari Kamis, 8 Juli 2021 aku mulai bersin-bersin. Anak-anak bermain hujan-hujanan di lantai atas. Sudah dua minggu anak-anak memang dilarang keluar rumah karena di lingkungan kompleks sudah banyak yang positif. Jadi mereka bermain di dalam rumah saja. Kebetulan di lantai atas masih ada ruang yang tidak tertutup, yaitu balkon. Di sanalah kakak beradik itu bermain hujan-hujanan. Aku memang alergi dingin akibat hujan.  Setelah memandikan Lily dan memberikannya baju hangat, hidungku mulai bereaksi. Ada tumpukan ingus yang sulit dikeluarkan kurasa di pangkal hidungku sejak sore itu. Polipku kumat. Malam Jumat itu aku tak bisa tidur. Telinga berdengung, dahi dan leher panas, hidung tersumbat luar biasa. Sementara semua otot lemas dan linu. Aku tak curiga apa pun. Masih tetap mengetik dan bercanda dengan beberapa penulis melalui WhatsApp.

Jumat hingga Minggu kondisiku masih sama. Rasa panas dan dingin datang silih berganti beberapa jam. Aku masih bisa beribadah seperti biasa dan melakukan aktivitas rutin tanpa hambatan meskipun telinga kanan mulai berair saking panasnya suhu tubuh. Bahkan ketika aku tak bisa mencium bau masakan dan pup Lily pun aku masih biasa saja. Aku sering begini setiap kali kena hujan. Jadi tak ada yang aneh, kupikir. Ketika aku mulai tidak bisa merasakan lezatnya masakan pun aku cuek. Aku memang bukan penyuka makan. Makan bagiku hanya sekedar memenuhi kebutuhan perut dan hidup. Bukan masalah ketika aku tak bisa menikmati rasanya. Aku santai.

Sungguh ternyata tubuh sebenarnya sudah memberikan warning sebelum vonis tiba. Nahas aku cuek. Ini kesalahan fatal. Andai aku lebih wawas diri ketika badan mulai tidak enak dan langsung mengonsumsi vitamin dan menjaga imun semua drama selama 16 hari itu tidak akan terjadi.

Namun demikian, aku bersyukur. Saat jatuh dan tertimpa tangga ini aku jadi tahu banyak hal. Selain ilmu kesehatan yang lumayan meningkat lantaran harus cek up kondisi anggota keluarga tiap hari, hubungan keluarga kami pun semakin erat dan hangat.

Dari sekian banyak rekan kerja dan tetangga yang kukenal pun dapat kunilai. Ada yang langsung menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Yang biasa duduk santai di depan rumah setiap pagi dan petang langsung bersembunyi di balik pagar. Bahkan tidak sedikit yang mempercepat langkah kakinya ketika terpaksa melewati rumah. Dari dalam, aku  cuma tersenyum kecut. Benar-benar menyedihkan. Saking takutnya setiap kali pengantar paket datang, mereka melongokkan kepalanya menatap dengan curiga ke arahku. Penasaran mungkin paket apa yang diantarkan. Ini sempat membuatku down. Dengan kondisi yang luar biasa tidak nyamannya untuk memasak, aku terpaksa memesan makanan online. Tanpa ditatap sedingin itu aku pun sadar bahwa ini sangat beresiko. Namun aku tahu apa yang kulakukan. Aku selalu berupaya memberitahukan ke bagian pengantar paketnya bahwa aku sedang isoman. Bila mereka keberatan maka mereka bisa membatalkannya. Bila mereka siap menerima order maka mereka siap pula menggantungkan paketnya di pagar rumah. Simple.

Sebagai pekerja aku jelas tidak bisa bebas dari tuntutan pekerjaan sekalipun sedang sakit. Meskipun sedikit kecewa karena merasa tidak ada empati dan simpati aku sadar ini bagian dari tanggung jawab pekerjaan. Sebisa mungkin semua tugas yang berkaitan dengan anak didik selalu kulaksanakan. Namun yang tidak begitu berkaitan kutinggalkan. Aku sadar betul bila memaksakan diri maka sama artinya memperberat kondisi kesehatanku. Bila aku sampai off alias end, paling hanya ucapan belasungkawa yang diterima, kan? Maka itulah menjaga dan waspada jauh lebih baik di saat seperti itu.

Dari sekian banyak simpati dan empati yang kuterima dari teman-teman mayaku di facebook dan whatsapp aku merasa sangat beruntung. Tahu mengapa? Hampir 80% semangat dan doa yang mengalir di beranda and kolom komentarku berasal dari semua kawan lama yang kukenal baik. Allah sayang sekali padaku. Ia kirimkan semua sahabatku di saat genting seperti itu. Simpati mengalir tak berbatas pulau dan negara. Alhamdulillah.

Dari semua bantuan langsung yang kuterima ku sangat bersyukur sekali telah merasakan bantuan yang paling berharga dari dokter yang tidak pernah kujumpai sebelumnya. Petugas Satgas RW memberikan nomornya dan aku menghubunginya dua jam setelah semua keluarga resmi menyandang status baru, pasien covid. Kesabarannya membaca, merespon, mengantarkan paket obat untuk kami selama isoman adalah bukti nyata betapa dia begitu peduli dan sayang kepada kami. Semoga Allah merahmatinya.

Selama isoman itu aku pun merasakan kiriman makan siang satu kali yang dikirimkan oleh Pak RT yang konon kabarnya dari Pak Lurah. Jangan tanya isi menunya, ya. Yang pasti lebih enak buatan sendiri lah. Harganya? Hm, ga jauh dari warteg. Namun, aku menghargainya karena ini menunjukkan kepeduliannya kepada warga. Sisa bantuan berikutnya dari kelurahan aku tidak tahu. Aku hanya menerima bantuan langsung sebanyak 4 kotak makan siang saja pada satu hari itu.

Ketika seorang rekan kerja mengirimkan nomor tim peduli covid 19 kabupaten iseng kukonfirmasi ke adikku. Dia yang lebih luas jaringan pertemanannya membantuku mengisi semua data yang dibutuhkan. Beruntung aku punya tiga surat keterangan hasil swab. Berbekal surat tersebut ditambah KTP seminggu berikutnya aku menerima paket yang katanya “sembako” namun isinya tidak lebih dari 2 kantong beras, 4 bungkus mie, 1 sarden. Katanya sih program Bupati. Alhamdulillah. Cukup membantu.

Air mata mengalir deras justru ketika seorang rekan kerja yang memiliki tiga anak yatim menelepon dan meminta alamat rumah untuk mengirimkan paket cepat saji. Dia berkilah anak-anak pasti sangat menyukai dan membutuhkannya saat aku menolaknya. Jujur, menerima bantuan itu tidak enak, saudara-saudara. Rasanya ngenes. Lebih enak tangan di atas daripada tangan di bawah.

Begitupun ketika seorang rekan yang hingga kini belum dikaruniai anak meneleponku menanyakan si kecil Lily. Dia trenyuh dan mengirimkan paket makanan ringan, susu, energen, gula, dan lainnya untuk anak-anak. Ya Allah, aku benar-benar mbrebes mili.

Tetangga sebelah kanan rumah yang juga punya anak yatim pun berbuat sama. Suatu hari dia mengetuk pagar dan menaruh seplastik jeruk buat anak-anak.

Coba lihat. Mereka yang membantuku dengan begitu tulusnya justru bukan orang-orang yang pernah kuduga sebelumnya. Allah mengirimkan tangan-tanganNya melalui mereka.

Aku bersyukur sekali setelah melewati sepuluh hari terberat itu Allah lagi-lagi mengetuk hati hambaNya untuk datang menolongku setelah hujan. Benar-benar hujan. Iseng dia membuka status WhatsAppku dan kaget melihat postingan kondisiku yang up down. Dia langsung menelepon dan meminta alamat. Di tengah hujan dia berusa mencari apa yang kubutuhkan. Setelah reda baru dia antarkan. Alhamdulillah dengan jalan perantara obat yang diberikannya, aku bisa mengeluarkan semua lendir yang rasanya innalillahi lengket sekali selama dua jam. Meskipun sesudah meminumnya aku langsung tepar alias drop lantaran semua isi perut dikuras habis-habisan atas bawah aku bisa bernapas lega. Bau obat, dapur, dan sebagainya mulai tercium lagi. rasa pahit setelah muntah pun mulai terasa lagi. Aku meloncat kegirangan. Syukur Alhamdulillah. Dua hari berikutnya demam itu mulai hilang. Tinggal lemesnya kurasa hingga hari ke-16. Selebihnya semua kembali normal.

Dengan semua rangkaian kejadian ini seorang seniorku menambahkan gelar baru di belakang namaku saat ia menelponku seminggu setelah aku sembuh, LC. Lulus Covid.

(Kota Hujan, 04 Agustus 2021)

 

BERTUALANG KE NEGERI SATWA (KUMPULAN DONGENG FABEL)

ISBN 978-623-7837-05-3

BERTUALANG KE NEGERI SATWA – COVER

Sebagai salah satu mentor menulis cerita fabel aku menulis CACA DAN KAKA (halaman 4-6) di dalam buku ini. Ada 50 guru anggota Komunitas Guru Penulis Jawa Barat (KGPJB) yang menulis cerita fabel. Mereka mengangkat kisah tentang hewan yang disesuaikan dengan daya tangkap dan imajinasi anak-anak. Sebelumnya mereka dibekali dengan pengetahuan mengenai penulisan cerita fabel olehku dan Pak Saiful Amri. Kami bergantian melatih dan mendorong mereka semua agar berani mencoba berkreasi dan keluar dari zona nyamannya sebagai penulis selama ini. Meskipun hanya sedikit yang berprofesi sebagai guru TK dan PAUD karya mereka luar biasa bagus dan bisa digunakan di kelas-kelas TK dan PAUD. Ini sungguh sangat menggembirakan.

BEST PRACTICE: PENGGUNAAN TELEGRAM SEBAGAI KELAS MAYA BAHASA INGGRIS PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI SMA NEGERI 4 CIBINONG

Artikel ini ditayangkan sejak 14 Oktober 2020 di disdik.com. Isinya berupa pengalaman terbaik penulis selama mengajar dari rumah di masa pandemik Covid19. Sungguh tidak mudah mengajar di kelas maya. Penulis seperti juga guru lainnya di Indonesia lebih menyukai mengajar di kelas nonvirtual. Namun apa daya. Sejak Maret 2019 pembelajaran dilaksanakan dari rumah guru bukan dari sekolah seperti sebelumnya. Ini semua demi kebaikan dan keselamatan guru dan peserta didik.

Best Practice dalam penggunaan Telegram sebagai kelas maya bahasa Inggris ini lahir dari kebingungan dan upaya sadar penulis sebagai guru bahasa Inggris di SMA Negeri 4 Cibinong.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

52 KISAH DONGENG FABEL MENGINSPIRASI BUAH HATI

Neneng Hendriyani … [et al.] ; editor, Saiful Amri CV Situseni 978-623-7837-12-1

DAFTAR PENULIS

Neneng Hendriyani
Saiful Amri
Ranem
Siti Nurjanah
Angga
Ummi Habibah
Sri Yamini
Nur Wendah Wati
Endah Lastiany
Wiwin Winarni
Hesti Dwi Agusdiyanti
Enung Sahidawati
Ai suryani
Siti Khodijah Nasution
Lily Nuraini Damayanty
Vivin Elviriana
Mahniar Sinaga
Hariyono
Ratna Suminar
Neti Muliati
Lestari
Agusriati
Harizal
Muhammad We
Rita Rosidah
Indri Saras
Retno Indrarsih Soerono
Siti Halimah
Siti Niswatun Hasanah
Desty Dwi Kayanti
Maria Aminiati
Almas
Nurul Wahidah
Lina Lihanawati
Wulaningsih
Faridhotin
Lily Suliyatiningrum
Ai Neni
Abas
Deuis Srihidayati
Nurkamilakamil
Siti Nurlatifah
Neni Amaliah
Sasha Ariyanto
Wawan Gunawan
Euis Kurniawati
Ika Dahliawati

DI SEPANJANG REL KERETA

DI SEPANJANG REL KERETA
Penulis : Neneng Hendriyani
Ukuran : 14 x 21 cm
ISBN : 978-623-322-041-5
Terbit : Januari 2021
Harga : Rp 92000
www.guepedia.com
Sinopsis :
“Dengar, ya. Lu enggak bisa main paksa soal hati, Yud. Gua udah bilang gua enggak nerima lu. Gua mau pulang sekarang. Lepasin gua….”
Demi mendengar penolakannya, Yudi naik pitam. Diraihnya tangan Nunu kasar. Ditariknya sepanjang jalan tanpa peduli dengan teriakan dan pukulan Nunu. Ia hanya ingin menunjukkan kepada semua anak Pertiwi bahwa mulai sore itu Nunu miliknya. Titik. Habis perkara. Ia sama sekali tak peduli dengan perasaan Nunu yang terluka. Ia pun tak peduli apakah cintanya diterima atau tidak. Yang penting sudah nembak. Beres.
Sementara itu Nunu mangkel sepanjang jalan. Perasaannya terhadap Aan juga surat-surat cintanya dari secret admirer membuatnya bingung memutuskan ke mana cintanya berlabuh. Sementara tiga bulan lagi ujian nasional akan tiba. Itu berarti ia harus memutuskan siapa yang akan ia terima. Yudi yang menyatakan cintanya lewat sebuah spanduk, Aan yang membuatnya jatuh di ballast rel kereta, secret admirernya yang membuatnya penasaran dengan puisi-puisi cintanya ataukah Ucup yang menjaganya selama ini.
GUEPEDIA
https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjAwMzI=
TOKOPEDIA
https://tokopedia.com/guepedia/di-sepanjang-rel-kereta
BUKALAPAK
https://www.bukalapak.com/…/46pzm8l-jual-di-sepanjang…
GUEPEDIA STORE
https://guepediastore.com/…/483…/di-sepanjang-rel-kereta
SHOPEE
Sedang gangguan
FACEBOOK
https://www.facebook.com/photo/?fbid=2676384396005457&set=a.1375179096126000&_cft[0]=AZXXv1z670L8chscI7vx-xNKK7IdA8Rac-QP3u5d5X6v8SsLC68yAVpQW4BbT651xgq6ysAQVtOM8vTh6z9AUrj6m7pbh7UHJjrcSpSDXSbsmg&tn_=EH-R
INSTAGRAM
https://www.instagram.com/p/CJsJ23dM_d9/
Untuk teman-teman di sini dapatkan
Promo diskon 20% ini berlaku pada 15 Januari 2021 – 20 Januari 2021