Di Balik Faceshield

Oleh: Neneng Hendriyani

(Dok. Pribadi )

 

Sejak Belajar Dari Rumah ada banyak perubahan yang kualami. Adaptasi Kebiasaan Baru pada masa New Normal pun cukup banyak. Terutama di bidang pekerjaan.

Masih segar dalam ingatan di penghujung tahun 2019 meskipun virus Corona sudah banyak menjangkiti penduduk dunia aku masih aktif bekerja. Setiap hari tetap mengendarai sepeda motor pada pukul 6 pagi. Setibanya di sekolah aku masih aktif ikut serta menyambut peserta didik di gerbang sekolah. Masih bisa bersalaman, berpelukan dan bersenda gurau tanpa ada rasa khawatir sama sekali. Pulang pun masih sama seperti sebelum cuti melahirkan pada bulan Oktober 2019.

Januari hingga Februari 2020 aku dan rekan sejawat masih aktif melaksanakan KBM di sekolah. Masih full dengan 36 siswa per kelasnya. Kami masih bisa melihat ekspresi wajah peserta didik dengan leluasa. Tahu persis apakah mereka benar-benar bahagia, senang, dan kecewa.

16 Maret 2020 tiba-tiba semua hal itu berubah. Tak ada lagi KBM yang penuh gelak tawa, canda dan aktivitas fisik lainnya di ruang kelas. Semua peserta didik dari TK hingga universitas harus melanjutkan studinya di rumah. Kedua orang tua ikut berperan aktif mendampingi mereka belajar, ulangan tengah semester dan akhir semester. Dapat dibayangkan betapa kagetnya kami semua. Guru dengan tergagap-gagap serta merta membuat kelas maya melalui smartphone dan laptopnya. Tentu saja dengan segala keterbatasan yang ada. Bisa tidak bisa semua guru harus bisa mengajar dari rumah. Begitu pesan yang kami terima. Semua boleh berhenti kecuali pendidikan.

Anak-anak adalah generasi yang harus diutamakan dan diselamatkan masa depannya. Maka hak mereka harus dipenuhi. Terutama hak mendapatkan pendidikan.
Aku dengan segala kemampuan yang kumiliki ikut serta membuat kelas maya. Aku memilih penggunaan Google classroom untuk 13 kelas yang kupegang. Setiap hari aku hadir menjelaskan tugas sebagai guru di kelas-kelas tersebut sesuai jadwal KBM sebelumnya yang biasa dijalani di sekolah.

Jangan tanya bagaimana caranya mengatur waktu, kegiatan dan tanggung jawab pribadi sebagai guru, ibu 5 anak dan istri. Seperti rekan sejawat lainnya aku juga sering kali harus begadang hingga lewat tengah malam untuk mulai mengunduh dan memeriksa tugas peserta didik.
(Bersambung)

(Bojong Koneng, 29 Juni 2020; 10:46 wib)