Melodylan : Bukan Happy Ending Novel

Oleh Neneng Hendriyani

Judul : Melodylan

Penulis : Asri Aci

Editor/penyunting: Andhy pulung

Penerbit : Coconut books

ISBN : 9786026940674

Genre: Fiksi

Jumlah halaman: 328 hal

Keunggulan novel Melodylan ini dibandingkan novel lain yang pernah kubaca adalah feelnya sangat terasa. Alur ceritanya mudah dipahami dan tidak terlalu berbelit-belit. Ceritanya tidak membosankan. Bahasa dalam novel ini sangat ringan sehingga asyik dibaca di waktu senggang kapan pun dan di manapun.

Bagi penikmat novel yang happy ending sebaiknya jangan membaca novel Melodylan ini. Ini karena cerita di novel ini tidak berakhir bahagia karena tokoh utama pria dan wanita, yaitu Dylan dan Melody berpisah.

Namun demikian, sejujurnya novel ini sangat menarik dan sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh remaja. Banyak hal yang  bisa didapat dari membaca novel ini.

H-5 MENUJU PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 7 Tahun 2022

Oleh Neneng Hendriyani

Setelah serangkaian kegiatan yang diikuti sejak awal Maret 2022, akhirnya 26 September 2022 keputusan final itu pun keluar. Dengan kop resmi milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dengan nomor surat  2616/B3/GT.00.08/2022 mengenai Pengumuman Kelulusan Hasil Seleksi Tahap 2 Calon Guru Penggerak Angkatan 7 yang ditandatangani oleh Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Drs. Praptono, M.Ed, resmilah aku menjadi salah satu peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 mulai 20 Oktober 2022 mendatang.

Beragam perasaan berkecamuk saat menerima surat tersebut. Ada rasa bahagia bercampur bingung. Bahagianya karena apa yang sudah diperjuangkan selama proses seleksi membuahkan hasil yang tidak mengecewakan semua pendukung. Ya, mereka yang menjadi pendukungku mengikuti program ini adalah atasan dan keluarga. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang juga PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 4 menyalamiku bahagia. Pun, Kepala Sekolah. Aku tak tahu hendak bagaimana sikap mereka bila aku tidak lulus seleksi program ini. Membayangkannya saja membuatku menahan napas.

Rasa bingung seketika memang terlihat di air mukaku yang saat itu sedang menguji penilaian projek P5 Tema 1 Gaya Hidup Berkelanjutan di lapangan utama sekolah. Terbayang betapa sibuknya nanti bila jadwal pelatihan sudah dimulai dan aku sendiri selain sebagai guru juga sebagai anggota Komite Pembelajar Kurikulum Merdeka. Alamak, bisa nggak ada waktu kosong buat nge-mall bersama sohib terkece deh.

Napas yang panjang menandai proses penerimaan yang agak sulit di dalam jiwaku. Sebagai ibu dari lima anak yang sedang butuh perhatian aku sadar betul proses pendidikan guru penggerak sedikit banyak akan menyita waktu yang sedianya kujadwalkan untuk mereka. Aku hanya bisa pasrah. Allah SWT pasti memiliki skenario terbaik bagiku. Ainul yaqin.

Beberapa jam setelah pengumuman resmi dirilis di berbagai media social dan WhatsApp group, secara alamiah aku kemudian bergabung dengan beberapa WhatsApp Group PGP (Pendidikan Guru Penggerak) 7. Ada yang tingkat nasional, provinsi, kabupaten, dan beberapa teman dekat. Kemaruk? Tidak juga. Sebagai pemula tentu saja aku haus informasi. Dari seluruh grup tersebut aku dan rekan-rekan seperjuangan saling berbagi informasi terkait beragam hal tentang PGP 7. Kesamaan tujuan menyatukan kami yang notabene berasal dari beraneka macam perbedaan; wilayah, bahasa, budaya, mata pelajaran, jenjang pendidikan, dan lainnya. Tujuan kami satu; daftar bersama, seleksi bersama, lulus pun bersama-sama. So sweet.

Hampir beberapa jam sekali semua grup itu aktif mewartakan perkembangan terakhir SIMPKB. Sepertinya seluruh grup itu menyita semua perhatianku. Beberapa informasi penting langsung kubintangi dan sisanya clear chat. Sesekali pula aku mengintip perkembangan SIMPKBku memeriksa apakah yang disampaikan rekan-rekan benar adanya. Ya, kami saling bertukar informasi tentu saja.

Lima hari lagi pembukaan resmi program pendidikan ini pun akan dibuka. Surat resmi yang lagi-lagi kuterima dari WhatsApp Group PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 7 tersebut membuatku tersentak. Jadwal resmi pembelajaran sudah rilis, Bung! Tidak ada lagi waktu santai.

Dengan nomor surat 2748/B3/GT.00.08/2022 mengenai Persiapan dan Jadwal Pelaksanaan PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 7 Tahun 2022 tertanggal 10 Oktober 2022 yang ditandatangani oleh Pejabat yang sama membuatku sadar sesadar-sadarnya. Ini bukan main-main. Aku harus berbenah.

Langkah awal menghadapi sederetan modul yang perlu dipelajari hingga akhir tahun 2022 ini adalah memeriksa ulang laptopku tercinta. Semua file terkait PGP (Pendidikan Guru Penggerak) Angkatan 7 ini kurapikan kembali. Beberapa bukti karya tulisku pun kuperiksa dan kurapikan. Bahkan, beberapa file pendukung kenaikan pangkat ke 4C pun tak luput dari sasaran pembenahan. Ya, aku tidak boleh main-main. Usiaku sudah tak lagi muda. Aku ingin menutup karierku dengan catatan gemilang, sebagai guru yang berhasil bergerak dan menggerakkan semua orang terutama siswa-siswaku. Menjadi teladan bagi mereka untuk terus mencari ilmu hingga akhir hayat. Menjadi long life learner yang sesuai dengan sunnah Rasul. Dalam hati aku berdoa, semoga Allah SWT memudahkan semua proses pendidikan ini dan memberikanku pertolongan dalam menyelesaikannya dengan hasil yang sangat memuaskan. Aamiin yra.

(Bogor, 15 Oktober 2022)

Inilah Aku Seloyang Coklat Bertabur Meses

Oleh Neneng Hendriyani

 

Ini kali semuanya begitu sederhana

Layaknya seloyang coklat, manis pahitnya terasa meleleh hingga ke dasar

Keras, lembut menjadi endapan yang membekas

Menghapus batasan emosi dalam hitungan mesin waktu

Berpendar bersama ribuan bintang

Mengintip jutaan kisah masa depan

 

Ya, ini kali semuanya begitu sederhana

Taburan meses aneka warna adalah aku di atas loyang kehidupan

Merah membara bersama semangat yang tak pernah surut

Kuning terang bersama impian yang tak pernah hilang

Hijau lembut dalam tarian bayu memecah gelombang biru kenangan

Hitam pekat menutup selaksa jingga yang setia hadir bersama surya

 

Ini kali semuanya sederhana

Layaknya seloyang coklat bertabur meses aneka warna

Inilah aku di tengah samudera

Mengayuh sampan menuju dermaga

 

(Bogor, 9 Agustus 1982)

(07.12 wib)

Hidup Kembali (Part 1)

“Lahir kembali” sepertinya kok gimana, gitu ya? Apa iya orang hidup bisa lahir kembali? Bagaimana bisa?

Dalam berbagai pandangan agama mana pun sepertinya tak ada ajaran atau paham yang mengatakan bahwa seseorang bisa lahir kembali, terlebih bila yang bersangkutan masih hidup. Hanya agama Hindu dan Budha yang mengenal kelahiran kembali alias reinkarnasi. Itu pun setelah mengalami kematian fisik. Sementara yang dibahas di buku ini adalah kelahiran kembali sebuah jiwa dalam keadaan masih bernapas.

Untuk memahaminya jangan menggunakan bahasa yang sulit, ya. Bagi sebagian orang, kehadiran suatu hal yang begitu mengejutkan bisa menjadi alasannya untuk kembali hidup setelah kehilangan hidup itu sendiri. Bagi sebagiannya lagi justeru sebaliknya. Kehadiran suatu hal malah bisa membuatnya mati dalam hidup. Ia hidup, bernapas, makan, dan minum namun tidak lagi merasakan kenikmatan, kesenangan, dan harapan dalam hidup yang dijalaninya. Ia merasa sudah mati dalam hidupnya. Hari-hari yang dilaluinya hanyalah sekadar mengisi waktu saja. Seringkali orang itu tidak melakukan apapun yang membuat harinya lebih bermakna.

Bagi orang yang lama kehilangan semangat hidup dan membiarkan waktunya berlalu begitu saja bisa tiba-tiba begitu bergairah menghadapi hidup. Inilah yang dinamakan hidup kembali.

Sampai sini paham, kan? Jadi pengertian hidup kembali bukanlah menempati tubuh baru dengan nama baru tetapi lebih kepada pemahaman dan kesiapannya menghadapi kehidupannya setelah peristiwa besar yang membuatnya bagai mayat hidup.

Seperti yang kita ketahui hidup tak selamanya indah dan mudah, berjalan sesuai harapan dan mau kita. Hidup selalu memberikan kejutan di setiap harinya. Ada tawa dan air mata yang saling memilin kisah kita sebagai penghuni dunia yang fana. Kekuatan fisik, mental dan hati seringkali menjadi penentu apakah kita berhasil melalui semua kisah tersebut dengan baik. Tidak semua orang bisa melaluinya dengan lancar dan penuh kerelaan. Banyak yang menolak diam-diam dan kemudian terjebak di lingkaran nestapa. Itulah hidup. Hidup yang mau tak mau harus diterima dan dijalani sebisa kita.

Seperti aku yang juga sama denganmu. Berharap di semua waktu bisa menikmati gelak tawa tanpa adanya banjir air mata yang membuat jiwa merana. Namun siapa lah aku. Hanya seorang hamba yang nasibnya sudah ditetapkan jauh sebelum lahir.

Tak pernah diduga sebelumnya bila benjolan kecil sebesar bulir padi itu lambat laun membesar, bergerak, dan hidup di jaringan tubuh setelah bertahun-tahun lamanya. Aku yang dibesarkan secara sederhana di lingkungan keluarga yang takut dokter tak pernah menduga akan menghabiskan banyak masa muda, waktu, dan harta untuk bisa menghirup udara segar tanpa tekanan dan siksaan.

Ya, peristiwa menakutkan itu terjadi persis ketika aku baru saja melahirkan anak pertama. Perasaan lemas, lelah, letih, lesu, lunglai, letoy, dan loyo menderaku dengan hebatnya hingga aku tak mampu menggerakkan tubuhku sendiri. Setiap hari aku hanya mampu menghabiskan waktu 1 jam untuk bisa beraktivitas. Itu pun segera setelah bangun tidur. Setelah selesai mandi dan berjemur dengan orok aku sudah limbung.

Sepanjang hari aku hanya tidur-tiduran saja di samping orok yang belum bisa membuka matanya. Untuk bangun memperbaiki posisi tubuh pun rasanya susah. Apalagi bila harus ke toilet dan lainnya. Sudah pasti harus dipapah orang rumah.

Empat puluh hari kemudian aku ke RS PMI Bogor. Setelah pemeriksaan intensif dokter pun memutuskan untuk melakukan operasi pembedahan di bagian payudara kanan. Jantungku kaget bukan kepalang mendengarnya. Mataku melotot saking tak percaya. Lutut pun gemetar hebat. Tuhan, cobaan apa ini?

Kutatap bayi mungil dalam gendongan. Berbagai pikiran buruk menyerangku tiba-tiba. Dokter itu terus saja memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai penyakit yang kuderita. Aku sudah tak konsentrasi dengan apa yang dibicarakannya. Aku membayangkan bagaimana si kecil menyusu nanti. Aku bingung, sedih, takut, juga malu.

Sebagai pasangan muda tentulah seks adalah aktivitas yang tak hanya melibatkan persatuan tubuh tetapi juga perasaan. Bagaimana bisa melakukan pelayanan prima bila aku sendiri merasa tak percaya diri dengan kondisi fisikku sendiri. Mungkin suami tak keberatan dengan hal itu. Tetapi aku? Tidak! Tak mungkin. Batinku menolak keras.

Dengan mata memelas kuminta jeda untuk berpikir. Dokter itu memandangku tanpa perasaan. Mungkin saking banyaknya pasien yang seperti diriku. Menolak operasi karena takut dan cemas. Ya, takut dan cemas akan sesuatu yang tak jelas.

“Terserah, Ibu. Saya hanya menyampaikan apa yang harus disampaikan sebagai dokter. Keputusan akhir tetap di tangan ibu dan keluarga. Namun demikian pikirkan baik-baik bila suatu hari payudara ibu seperti ini maka keadaan sudah memburuk dan sulit untuk diobati.” Katanya sambil menunjukkan gambar sebuah payudara yang sudah bernanah dan bolong. Aku makin ketakutan. Nyaliku hilang entah ke mana. Aku mencoba mencari kekuatan dengan mengeratkan pelukanku pada sang bayi. Nihil. Aku makin lemas.

Dengan sayu kutinggalkan dokter seorang diri. Di bawah lampu neon aku duduk dan berpikir keras. Aku tak mau mati. Aku juga tak mau dioperasi. Aku takut gagal. Bagaimana bila aku “lewat” di meja operasi? Bagaimana nasib Viviku yang baru 40 hari ini? Oh, Tuhan Yang Mahakuasa berikan pertolonganMu. Bisikku lirih penuh harapan.

Kupandangi lagi hasil rontgen, mamograf, dan sebundel dokumen kesehatan lainnya di samping kursi yang kududuki. Mataku basah lagi. Tiba-tiba sebuah usapan hangat menyentuh kepalaku. Sontak aku mendongak. Wajahnya teduh dengan senyum manis menyapaku. “Jangan takut. Kita akan berusaha yang terbaik. Dede pasti sembuh. Yuk, ke dalam lagi.” Bujuknya. Aku menggeleng kuat-kuat.

Hari itu sepulang dari rumah sakit aku mulai mencatat kronologis penyakit ini. Aku.mencoba mengingat-ingat kapan awal penyakit ini datang dan berkembang biak. Ternyata itu lama sekali kejadiannya. Ya, jauh sebelum aku menikah. Bahkan, jauh sebelum aku lulus kuliah.

Sore itu aku pulang sekolah seperti biasa dengan teman-teman. Sesampainya di rumah aku memburu ibuku yang sedang asyik menonton TV. “Ma, kalau ada benjolan itu normal ga, sih?” Tanyaku. “Eh, tanya apa? Ganti baju dulu sana. Mandi dulu. Bau.” Jawabnya. Aku menurut. Setelah mandi dan mengganti baju aku kembali menanyakan hal yang sama. Dan, ibuku menjawab tidak tahu. Itulah hari pertama aku menyadari ada yang berbeda dengan payudaraku yang baru tumbuh.

Hari-hari berikutnya kulalui dengan biasa. Artinya semua aktivitas normal dilakukan tanpa ada gangguan yang berarti. Demam sedikit ya wajarlah. Mungkin kecapaian karena sekolahnya siang hari dan baru sampai rumah jam lima sore. Aku tak pernah curiga tentang perkembangan benjolan itu yang sebenarnya mulai tumbuh subur di dada kanan.

 

(Bersambung)

(Gedung Tegar Beriman, 10 November 2021; sambil menunggu panggilan donor darah memperingati HUT PGRI ke 76, KORPRI ke 50, HGN 2021)

KAMPANYE KINERJA ASN JAWA BARAT: HARI-HARI TERAKHIR MEMENUHI TUGAS

24 Agustus 2021, pukul 08.28 WIB, atasan menginformasikan sebuah tugas yang lumayan membuat dahi berkenyit pagi-pagi. Tugas yang bisa dibilang mudah, namun sukar itu membuat semua pegawai kemudian berusaha memenuhinya sebelum tenggat waktu 29 Agustus 2021. Itulah tugas yang paling membuat jantung berdebar kencang selama perjalanan dinasku di sekolah tersebut. Yaitu membuat video Kampanye Kinerja ASN Jawa Barat.

25 Agustus 2021, berbekal nekad akhirnya selesai juga tugas yang diinstruksikan oleh atasan. Dengan menggunakan Canva for Education, jadilah presentasi sederhana berdurasi cukup singkat tentang Kampanye Kinerja ASN Jawa Baratku. Inilah video teranyar yang kuunggah ke channel youtube Neng Hendri Suparman.

Dalam video tersebut aku menjelaskan tentang kinerja, dan target individu yang hendak dicapai. Bismillahirrahmanirrahim, semoga video Kampanye Kinerja ASN Jawa Barat yang kuunggah sebagai bagian dari tugasku di hari-hari terakhir menuju tenggat waktu tersebut dapat bermanfaat bagi semuanya .

 

(Cibinong, 27 Agustus 2021)

Namaku Nina

Oleh Neneng Hendriyani

 

Namaku Nina. Nina Candrakirana. Kawan-kawan di kantor memanggilku Neng Nina. Sebenarnya aku tidak suka dipanggil dengan nama tersebut. Namun apa daya bila atasanku sendiri memanggilku demikian. Aku hanya bisa menghela napas panjang saja tiap kali ia memanggilku dengan sapaan seperti itu di depan teman-teman. Jangankan protes, menggeleng pun aku tak berani. Jadi, ya terima sajalah. Yang penting masih sopan.

Dilihat dari nama panggilan ini aku terkesan perempuan Sunda. Setidaknya berasal dari tanah Sunda. Sayang sekali hal itu tidak benar. Meskipun aku tak bisa menyebutkan suku bangsaku dengan tepat aku tetap bersikeras menolak disebut perempuan Sunda. Jangan tanya alasannya mengapa karena aku pun tak tahu. Yang aku tahu ibuku lahir di salah satu kampung di provinsi Jambi enam puluh tahun lalu. Lalu ia menghabiskan masa kanak-kanaknya hingga dewasa di kota kembang, Bandung. Ayahnya lahir dari sepasang suami isteri yang berbeda suku bangsa. Ibunya lahir di Sucen, Purworejo dan besar di Jambi. Sementara ayahku memiliki ayah yang lahir di Banten. Ibunya seorang penari topeng Betawi. Aku sendiri lahir di daerah yang kini tidak lagi bisa diakui sebagai wilayah administrasi Bogor. Jadi, suku bangsa apa aku ini? Inilah pertanyaan abadiku selama ini. Sebuah pertanyaan yang seringkali menggangguku. Jadi wajar kan kalau aku menolak diakui sebagai salah satu anggota suku bangsa tertentu. Aku pribadi lebih suka dipanggil orang Indonesia. “Dari mana kamu? Dari Indonesia.” Jawabku riang.

Ups, satu lagi. Karena aku mengaku bukan orang Sunda maka aku paling tidak suka dipanggil “Ceuceu”. Kesannya agak gimana gitu. Kasihan saja ke mereka yang sudah menyapaku sedemikian sopan tetapi aku tetap diam dan tidak menggubris lantaran tidak paham bahwa mereka sedang menyapaku. Ini efek shock culture, kurasa. Ya, begitulah. Aku orang Indonesia. Jadi, jangan panggil “Ceuceu”, ya. Pintaku di gerbang senja.

(Bogor, 05 Juni 2020)

Cara Mudah Menghilangkan Lelah di Kaki

Seharian beraktivitas seringkali membuat tubuh terasa lelah dan tidak nyaman. Bagian tubuh yang paling merasa lelah biasanya adalah kaki. Ya, kaki adalah bagian tubuh yang sering kita keluhkan setiap kali kita tiba di rumah. Banyak sekali orang yang tidak bisa beristirahat dengan nyaman lantaran kakinya sakit dan pegal-pegal. Tahukah kamu ternyata ada cara yang ampuh dan mudah untuk menghilangkannya?

Bila kamu memiliki garam di dapur kamu bisa menggunakannya sebagai campuran air hangat untuk mengurangi rasa lelah di kaki. Bila kamu tidak memiliki stok garam laut atau garam krosok kamu bisa menggunakan garam dapur loh. Ya meskipun takarannya sedikit berbeda setidaknya kamu masih bisa membuat sepasang kakimu kembali sehat dan segar.

Sumber: Koleksi Pribadi

Caranyaya mudah. Kamu tinggal mencampurkan sesendok makan garam dengan air hangat secukupnya ke dalam baskom, ember atau bahkan bak karet. Periksa suhunya. Jangan sampai airnya terlalu panas karena bisa merusak jaringan kulit. Campurkan sedikit air dingin hingga suhunya hangat-hangat kuku. Setelah itu rendamlah kedua kakimu hingga airnya dingin. Angkat dan keringkan kedua kakimu. Selanjutnya oleskan krim pelembab kulit yang paling cocok dengan jenis kulitmu. Kamu tidak perlu melakukan pijatan ringan dan lembut di kedua kaki. Cukup oleskan krim pelembab saja. Lalu nikmatilah waktumu dengan perasaan bugar dan segar.

Selamat mencoba cara sederhana menghilangkan lelah di kaki dengan air hangat dan garam dapur.

Gemblong, Penganan Tradisional Terenak Sepanjang Zaman

(sumber: Dokumen pribadi)

Pertama kali mengenalnya persis tiga puluh tujuh tahun lalu. Saat itu nenekku rajin sekali membuat Gemblong, penganan tradisional terenak sepanjang zaman. Makanan yang terbuat dari ketan hitam dan ketan putih ini merupakan kue jajanan pasar yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Bentuknya yang lonjong, diselimuti gula merah memberikan citarasa yang lembut, gurih, dan manis.

Cara membuatnya termasuk mudah. Cukup sediakan bahan utama seperti tepung ketan. Kamu bisa menggunakan ketan putih atau pun ketan hitam. Lalu siapkan tepung kanji, kelapa muda yang diparut, sedikit margarin, garam, dan santan kental.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memanaskan campuran tepung ketan dan santan. Setelah tercampur rata, masukkan tepung kanji sambil diaduk. Lalu masukkan garam dan kelapa parut, dan margarin. Jangan lupa tetap diaduk, ya. Setelah kalis lalu didinginkan. Nah, mulailah membentuk gemblong, penganan tradisional terenak sepanjang zaman ini. Kamu hanya perlu menggunakan telapak tangan yang sudah dibersihkan, ya. Bentuklah lonjong-lonjong. Setelah semuanya selesai dibentuk barulah digoreng hingga matang. Setelah digoreng semua gemblong baru dilapisi dengan adonan gula merah. Agar lebih enak kamu bisa gunakan gula aren. Oh ya, cara melapisi gemblong, penganan tradisional terenak sepanjang masa ini adalah dengan memanaskan gula aren yang sudah disisir tipis ya. Setelah gula aren itu berbuih dan berserabut baru masukkan gemblongnya. Aduk terus hingga gemblong terlapisi sempurna. Angkat dan dinginkan. Nah, setelah dingin makanan khas Betawi ini sudah bisa kamu nikmati dengan segelas teh tawar yang hangat. Hm, rasanya maknyus banget.

(Karadenan, 25 April 2021; 4:52 wib)

Pekerjaan vs Bisnis

Pekerjaan dan bisnis itu berbeda loh. Pekerjaan menurut KBBI V adalah pencaharian, pokok kehidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Nafkah sendiri adalah bekal hidup sehari-hari.

Pekerjaan itu dalam bahasa sederhananya adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang dalam waktu yang sudah ditentukan, rutin, dan mendapatkan hasil berupa upah yang besarnya selalu tetap dan diperoleh pada kurun waktu yang telah ditetapkan secara rutin. Yaitu, gaji

Sementara bisnis adalah usaha komersial dalam bidang perdagangan. Hasilnya berupa selisih dari harga modal suatu barang yang diperjualbelikan. Umum disebut laba atau keuntungan. Laba dibagi menjadi laba bersih dan laba kotor. Laba bersih artinya hasil keuntungan yang diperoleh oleh pebisnis setelah dikurangi berbagai macam ongkos pengeluaran. Misalnya, pajak, ongkos produksi, ongkos kirim, dan lain-lain. Nah, laba bersih ini bisa juga dijadikan nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya laba tidak bisa ditentukan sebelumnya. Laba tergantung pada situasi dan kondisi pasar saat transaksi bisnis terjadi. Itulah sebabnya seringkali ditemukan ada pebisnis yang merugi dan ada yang sedang kebanjiran untung.

Pekerjaan dan bisnis jelas berbeda dari penjelasan di atas. Untuk kamu yang memilih aktif bekerja di bidang pekerjaan seperti dokter, perawat, guru, polisi, dan lainnya berarti kamu menerima upah berupa pendapatan pada suatu kurun waktu tertentu dengan besar yang sudah ditentukan oleh negara. Sementara bila kamu memilih aktif bekerja di bidang bisnis maka kamu memperoleh upah atau pendapatan berupa laba dari bisnis yang kamu jalankan sendiri. Besar kecilnya tergantung dari keaktifan dan keseriusan membangun jaringan bisnis.

Itulah bedanya pendapatan dan bisnis, ya gaes. Semoga paham dan bermanfaat.

(Karadenan, 22 April 2021)

Tiga Cara Menjadi Wanita Mandiri Secara Ekonomi

Tiga cara menjadi wanita mandiri secara ekonomi adalah tips yang perlu kamu ketahui. Setelah mengetahuinya kamu memiliki pilihan mandiri, apakah akan mengikuti ketiga cara tersebut atau memilih salah satu cara yang paling kamu sukai. Apapun pilihanmu, pastikan bahwa kamu benar-benar ingin menjadi wanita mandiri secara ekonomi. 


Pertama, Percaya diri. Percaya diri adalah modal utama menjadi wanita mandiri. Tanpa ini kamu hanya berangan-angan belaka menjadi wanita mandiri. Tidak ada satupun wanita yang dikenal sejarah hidup sebagai wanita yang rendah diri, minder, dan kuper. Cleopatra, Ratu Sima, dan Tribhuana Tunggal Dewi adalah tokoh-tokoh wanita yang penuh percaya diri pada zamannya. 


Mereka menyadari betul bahwa mereka memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi pemimpin negara. Dengan melihat diri mereka sendiri mereka sadar bahwa mereka memang istimewa. Inilah yang membuat mereka begitu percaya diri memimpin rakyatnya dan menorehkan namanya dengan tinta emas sepanjang masa. 


Kedua, berpikiran terbuka. Wanita yang kuper, terbelakang, dan kuno adalah mereka yang menutup dirinya dari perkembangan zaman. Mereka hanya percaya kepada apa yang telah mereka ketahui dan jalani selama ini. Mereka tidak bisa berpikir positif terhadap berbagai hal yang baru dikenalnya. Wanita yang close minded seperti ini bisa dipastikan sebagai kelompok wanita yang sulit beradaptasi dan enggan menerima perubahan. 


Ketiga, mau mencoba. Apalah artinya keberanian bila hanya sebatas kata? Apalah artinya kesuksesan bila tidak pernah mengalami kegagalan sebelumnya? Ketika wanita memutuskan untuk maju dan mandiri secara ekonomi maka dia harus berani mencoba hal-hal baru. Berdagang, bertemu rekan bisnis, mengembangkan jaringan sosial, dan lain sebagainya adalah hal yang sulit dilakukan pada awalnya bagi para pemula di bidang bisnis. Namun, wanita yang berani mencoba akan menganggap hal itu sebagai sebuah percobaan dan ujian kecil menuju pintu suksesnya. 


Dia akan merentangkan kedua tangannya dengan bebas dan tersenyum terhadap berbagai hal baru yang belum pernah dicobanya. Dengan penuh percaya diri, berpikiran terbuka, dan keberanian yang dimilikinya dia akan melakukan semua perjalanan bisnisnya dari langkah-langkah kecil yang mungkin tidak pernah dilakukan sebelumnya. 


Nah, kamu tertarik mencoba ketiga cara menjadi wanita mandiri secara ekonomi di atas? Jangan ragu. Mulailah dari sekarang dengan bergabung bersamaku di May Way
(Karadenan, 21 April 2021)

(Sumber: Katalog May Way, Maret-Mei 2021)