Alih Kode dan Campur Kode: Strategi Siswa dalam Berbicara Bahasa Inggris
Penulis: Neneng Hendriyani
ISBN 978-602-6707-97-0
Editor: Nining Suryaningsih
Penata Letak: Handoko
Desain Sampul: @kholidsenyum
Copyright © Pustaka Media Guru, 2017
viii, 58 hlm, 14,8 x 21 cm
Cetakan Pertama, Juli 2017
Diterbitkan oleh
CV. Cipta Media Edukasi
Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya
Website: www.mediaguru.id
Buku ini ditulis berdasarkan thesis yang disusun penulis dengan judul CODE SWITCHING AND CODE MIXING IN
STUDENTS LANGUAGE LEARNING IN ENGLISH AT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIBINONG BOGOR Pada Program Pascasarjana UHAMKA Jakarta tahun 2013.
Buku ALIH KODE DAN CAMPUR KODE: STRATEGI SISWA DALAM BERBICARA DALAM BAHASA INGGRIS ini ditujukan untuk para Guru bahasa Inggris agar dapat mengenali faktor penghambat dan pendukung keberhasilan berbicara siswa dalam bahasa Inggris. Sehingga diharapkan setelah membacanya guru dapat semakin mendorong siswa untuk menguasai kemampuan berbicara (speaking) siswa terutama di SMK.
Buku Alih Kode dan Campur Kode ini membahas tentang berbagai jenis Alih Kode (code switching) dan Campur Kode (code mixing) yang kerap kali mempengaruhi siswa dalam belajar speaking di kelas Bahasa Inggris.
Dengan mengetahui berbagai jenis peralihan ini guru dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi di kelasnya. Terutama speaking class.
Daftar Isi
Kata Sambutan iv
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Bab I Kondisi Perkembangan Bahasa Inggris Di SMK 1
Bab II Strategi Siswa Belajar Bahasa Inggris 9
Bab III Alih Kode Dan Campur Kode 15
Bab IV Peran Alih Kode Dan Campur Kode dalam Kemampuan Berbicara Siswa SMK 35
BAB V Solusi Guru 41
Daftar Pustaka 47
Profil Penulis 56
Pada dasarnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau vokasi setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan paket C baik umum maupun kejuruan. Yang membedakannya adalah SMK merupakan lembaga pendidikan yang menitikberatkan pada pendidikan kejuruan yang berbasis kebutuhan dunia usaha dan industri. Hal ini dikarenakan lulusan SMK ditujukan sebagai tenaga siap kerja pada berbagai bidang usaha dan industri baik yang berbasis teknologi industri, bisnis manajemen, perikanan, kelautan, kecantikan dan lain sebagainya.
Untuk mendukung tujuan tersebut maka pembelajaran di SMK difokuskan pada keahlian kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan baik. Contohnya, siswa yang belajar pada kompetensi keahlian teknik gambar bangunan harus menguasai kompetensi simulasi digital, mekanika teknik, ilmu ukur tanah, desain interior, desain eksterior, menggambar
dengan perangkat lunak, gambar teknik, rencana anggaran biaya, dan lain-lain. Begitu juga dengan siswa yang belajar
pada kompetensi keahlian teknik otomasi industri harus menguasai kompetensi merakit listrik, panel listrik erancang program scada, dan lain sebagainya. Hal yang sama dapat ditemukan pada siswa jurusan kompetensi keahlian teknik konstruksi kayu yang juga dituntut menguasai dasar-dasar pengamplasan yang baik, mengenal beragam model furniture dan cara membuatnya, membuat kuda-kuda rumah, memasang keramik, membangun rumah, dan lain sebagainya. Hal di atas diperlukan agar saat siswa lulus dari SMK mereka benar-benar dapat bekerja baik secara mandiri dengan membuka lapangan pekerjaan sendiri atau menjadi tenaga kerja siap pakai pada perusahaan, perkebunan, perkantoran, dan industri yang membutuhkan.
Untuk mendukung hal itu fokus pembelajaran bahasa Inggris sebelum kurikulum 2013 adalah mempelajari language
fokus. Di sini siswa dilatih menggunakan berbagai ekspresi atau ungkapan yang digunakan untuk menyapa orang baik
formal maupun informal, meminta dan memberi bantuan, menawarkan dan meminta jasa, memberikan pendapat, dan
lain-lain.
Setelah kurikulum 2013 diterapkan kompetensi lulusan siswa SMK menjadi semakin kompleks dengan diwajibkannya
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sama dengan siswa SMK sederajat, yaitu Sekolah Menengah Atas,
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah Kejuruan, dan Paket C.
Untuk dimensi sikap, lulusan SMK harus memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,
berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Untuk dimensi pengetahuan, mereka
dituntut memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Pada dimensi keterampilan, kompetensi lulusan SMK adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Melihat tingginya tingkat pencapaian kompetensi SMK yanga rata-rata berada pada tingkat lima dan enam, serta mempertimbangkan standar kelulusan SMK di atas maka sudah sewajarnyalah jika siswa SMK mampu menguasai bahasa asing dengan baik dan lancar sebagai bahasa kedua mereka disamping bahasa ibu dan bahasa nasional.
Bahasa ibu menurut para ahli adalah bahasa daerah di mana seseorang lahir dan dibesarkan. Menurut Holmes, ,
bahasa daerah (vernacular language) adalah bahasa yang digunakan untuk interaksi sehari-hari, tanpa menyiratkan
bahwa itu adalah satu-satunya bahasa yang hanya tepat dan dapat digunakan secara informal untuk menunjukkan
solidaritas dan identitasnya. Sehingga bahasa daerah digunakan juga untuk komunikasi di rumah dan dengan teman-teman dekat. Sementara Bahasa Nasional adalah bahasa yang resmi digunakan di sebuah negara dan ditetapkan melalui undang-undang dasar.
Bagi kita masyarakat Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa sekaligus sebagai bahasa pertama. Bahasa daerah seperti basa sunda, jawa, betawi, batak dan padang adalah vernacular language. Bahasa asing di antaranya bahasa perancis, Mandarin, Jepang, dan Inggris yang marak diajarkan
di bangku-bangku sekolah SMK adalah bahasa kedua.
Bahasa pertama wajib diajarkan di bangku sekolah sejak tingkat taman kanak-kanak hingga universitas. Ia dikenal
dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk bahasa daerah, pemerintah memasukkannya ke dalam kurikulum
sebagai muatan lokal dimana bahasa yang diajarkan di sesuaikan dengan lokasi sekolah tersebut berada; sekolahsekolah di jawa barat mengajarkan basa sunda sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib sejak bangku SD hingga SMK sederajat. Sementara bahasa asing diajarkan di bangku sekolah mulai dari perkenalan kosa kata sejak di TK hingga universitas.
Seperti yang telah diketahui bersama, bahasa asing yang salah satunya adalah bahasa Inggris adalah lingua franca saat ini. Seluruh masyarakat dunia menggunakan bahasa ini tak hanya dalam bentuk tulisan namun juga lisan dalam bentuk komunikasi sehari-hari melalui email, blog, surat bisnis, dan lain sebagainya. Negara-negara yang bukan pengguna bahasa tersebut berbondong-bondong memaksa warga negaranya untuk mempelajari bahasa itu di lembaga-lembaga
pendidikan yang dibangun di wilayahnya.
Untuk pembelian klik disini:
Https://bit.ly/Bumori53